Jakarta, NUSANTARAPOS.CO.ID – Pada hari ini Senin (17/8/2020) Republik Indonesia merayakan Dirgahayu kemerdekaan yang ke 75 tahun. Namun pada Dirgahayu kali ini sangat berbeda dengan sebelumnya, dimana saat ini negara kita sedang ada pandemi Covid-19 yang belum terselesaikan sehingga perayaannya pun dilakukan dengan cukup sederhana.
Notaris/PPAT senior Otty Hari Chandra Ubayani, S.H., Sp.N., M.H., merasakan hal yang sama, karena dirinya hanya bisa memperingati hari kemerdekaan di lingkungan yang kecil.”Saya merayakan kemerdekaan Indonesia dengan cara di lingkungan kecil karena tidak boleh lebih dari 30 orang, itupun harus social distance sesuai dengan protokol kesehatan yang ada,” katanya melalui pesan WhatsApp.
Otty mengatakan tahun lalu saya masih mendapatkan undangan ke istana untuk menghadiri perayaan kemerdekaan, namun kali ini saya dan keluarga hanya bisa menyaksikan dengan cara virtual. Memang menjadi sedih karena kita tak bisa merayakan kemerdekaan seperti biasanya, tapi kita harus tetap semangat untuk melalui semua ini.
“Dulu para pahlawan kemerdekaan berjuang melawan penjajah, dan sekarang kita pun sedang berjuang untuk melewati masa-masa seperti ini. Kita tidak boleh kalah walau musuh tak terlihat oleh kasat mata,” katanya.
Sebagai salah satu anak seorang pejuang kemerdekaan, Otty yang juga Ketum Ikanot Undip itu pun mempunyai janji pada sang ayah untuk meneruskan arti kemerdekaan.
“Saya berjanji untuk diri saya, akan mengisi kemerdekaaan dengan cara saya sendiri yakni ingin mensejahterakan orang di lingkungan kecil saya, kalau sudah kuat akan melebar sampai seluruh Indonesia membuat semuanya sejahtera sehingga bisa mengentaskan kemiskinan,”ujarnya.
Bukan hanya itu, lanjut Otty, saya juga ingin membuat cerdas bangsa dan negara. Saya sedih kalau ada orang yang korupsi, curang, dzalim, bertengkar antara teman, suku, golongan.
“Agar Indonesia bisa lebih baik yang perlu diperbaiki adalah mentalnya. Sekaya apapun negara kita kalau pimpinannya tidak amanah makan akan hancur,” ucapnya.
Menurut Otty, harus ada 1 tongkat komando yang memiliki akhlak, budi pekerti, amanah dan tepat sesuai dengan kemahirannya. Saya paling benci sama orang yang memaksakan kehendak untuk jadi pemimpin padahal tak memiliki kecakapan menjadi seorang pemimpim,” ucapnya.
Di hari kemerdekaan ini, tambah Otty, kita harus mengisi kemerdekaan jangan hanya ingin tampil dan showing tetapi tak ada manfaat untuk rakyat. Karena hakekat jadi seorang pemimpin adalah bisa membawa manfaat untuk semua rakyat yang ada.
“Pemimpin harus bisa memberikan keadilan sosial bagi seluruh rakyat seperti yang tercantum dalam Pancasila. Jika hal tersebut tercapai maka negara kita akan menjadi negara yang maju sesuai dengan misi pemerintah saat ini yakni Indonesia Maju,” tegas putri dari pejuang kemerdekaan Panoedjoe tersebut.(HSY)