Surabaya, Nusantarapos – Jelang Pilkada Kota Surabaya 9 Desember mendatang tensi politik makin tinggi. Beredar himbauan di berbagai platform media sosial ajakan untuk menjaga lingkungan masing- masing dari politik uang dan atau politik sembako.
Bahkan dari kubu Paslon Eri – Armuji (Erji) sampai menggelar sayembara berhadiah untuk warga yang memiliki bukti berupa gambar atau video bukti adanya politik uang.
Menanggapi hal ini Ketua Umum Ikatan Keluarga Besar Alumni Akademi Teknik Surabaya/Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya (IKBA ATS/ITATS) Agus Hari Hadi mengatakan, di negara – negara dengan index demokrasi dan ekonomi yang relatif kuat, partisipasi warga dalam momentum pemilihan lebih bersifat aktif partisipatoris dalam artian warga dari semua lapisan sosial ikut berkontribusi terkait pendanaan kampanye.
“Dalam konteks Indonesia atau Surabaya khususnya peran warga baru dalam tahap pematangan menuju ke aktif partisipatoris itu tadi sehingga peluang adanya politik uang dan sembako terbuka lebar. Untuk itu kami mengajak warga kota bersama-sama menolak jika ada upaya menggunakan politik uang dan sembako untuk meraih suara rakyat karena akan sangat berisiko untuk pembangunan kota 5 tahun kedepan”, ujar Agus dalam perbincangan dengan redaksi di Surabaya, Kamis (3/12/2020).
Menurut Agus, jika motif politik uang dan sembako ini di biarkan masif terjadi maka tidak akan pernah menghasilkan pemimpin yang mewakafkan dirinya untuk warga kota tetapi lebih memikirkan bagaimana bisa mengembalikan modal yang telah di keluarkan. Patisipasi itu harus dilakukan secara bersama-sama jika mendambakan pemimpin yang baik dalam memimpin kota ini, sebutnya.
“Kami mengajak Alumni ATS/ITATS untuk bersama warga kota menjaga lingkungan masing-masing, ‘jogo tonggo’ dan jaga keluarga masing-masing dari berbagai upaya yang bersifat destruktif sepert politik uang dan sembako ini. Eri – Armuji sebagai sesama Alumni ITATS kita wakafkan sepenuhnya untuk mengabdi pada warga kota dalam memenangkan hati rakyat dengan cara-cara beradab, beretika dan bersih”, tegas mahasiswa tingkat akhir program doktoral Institut Pertanian Bogor ini.