Jakarta,NUSANTARAPOS.CO.ID – Setiap Tanggal 21 April, diperingati sebagai Hari Kartini. Raden Adjeng (RA) Kartini merupakan salah satu sosok tokoh pejuang wanita Indonesia yang mampu dan berhasil dalam memperjuangkan kebebasan serta menaikan harkat dan martabat wanita Indonesia.
Kini RA Kartini telah tiada, namun Kartini-Kartini baru yang mewarisi semangat juang RA Kartini masih dapat kita jumpai disekitar kita. Memang tak banyak jumlahnya, dan tak banyak pula orang mengenalnya. Ya..itulah jiwa Kartini, tak mengharap tanda jasa dan ketenaran. Perjuangannya sepenuhnya hanya berlandaskan keikhlasan dan hanya mengharap ridho dari Sang Maha Pencipta.
Sebut saja Dr. Tintin Surtini, wanita yang usianya tepat di hari Kartini Tanggal 21 April 2021 ini genap 66 tahun, sudah sepatutnya layak menyandang sebutan sebagai Kartini baru. Pasalnya, dari sederetan kisah yang Dr. Tintin ceritakan kepada penulis, dari mulai Ia berusia kanak-kanak hingga kini diusianya yang sudah sepuh, banyak diwarnai kisah perjuangan guna mempertahankan dan memperbaiki taraf kehidupan baik untuk dirinya sendiri maupun orang lain di tengah persaingan hidup zaman modern seperti sekarang ini.
“Alhamdulillah, saya bersyukur atas nikmat yang dilimpahkan Allah SWT kepada saya. Hari ini, 21 April, saya menginjak usia 66 tahun. Bagi saya, usia 66 tahun sangat bermakna. Bahkan mungkin bisa dikatakan sebagai bonus. Dan saya menjalaninya dengan sangat bahagia dan rasa syukur,” ucap nenek dua orang cucu tersebut mengawali kisahnya kepada penulis, Selasa (20/04/2021) di Kantornya yang terletak di bilangan Jakarta Pusat.
Kemudian, Dosen ilmu hukum disalah satu Universitas swasta ternama di Jakarta itu pun menceritakan latar belakang kehidupannya yang memang bukan berasal dari keluarga kaya raya, dan tak seberuntung kawan-kawan sebayanya kala itu.
Ia lahir di Bandung, 66 tahun lalu, dan dibesarkan di Kadungngora sejak kelas 3 SD. Di tempat itu Ia pernah menjadi “tukang ngarambet” (menanam padi, dalam bahasa Sunda). Kemudian Ia sempat menjadi pembantu di Jl. Dipatiukur No. 9, Bandung. Lalu, akhirnya Ia pun memutuskan untuk mengembara ke Jakarta. Di Ibu Kota, Ia sempat menjadi tukang pel di Masjid Al-Azhar, selama enam bulan demi mempertahankan hidupnya di kota metropolitan. Untuk dapat terus bertahan hidup di kota besar dan tak mempunyai sanak saudara pada saat itu, setiap hari Ia berpuasa. Untuk menghilangkan dahaganya pun hanya minum air kran, sedangkan untuk bisa makan hanya mengandalkan tips yang jika sudah terkumpul hanya cukup untuk membeli sebungkus nasi dan tempe.
“Hidup susah bagi saya sudah biasa. Tapi bukan untuk diratapi. Saya justru belajar banyak dari semesta kehidupan, dengan cara tidak banyak mengeluh. Dengan niat yang kuat dan modal keberanian, saya meneruskan sekolah, sampai akhirnya mencapai jenjang sarjana hukum, dan berhasil jadi notaris. Bahkan kemudian saya mencapai pendidikan tertinggi, bisa mendapatkan gelar doktor ilmu hukum. Semua itu merupakan anugrah Tuhan bagi hidup saya,” papar Doktor Ilmu Hukum yang akrab dengan sapaan Bunda oleh rekan sejawatnya tersebut.
Dr. Tintin mengaku bahwa dirinya semenjak kecil sudah meneladani hidup RA Kartini, berjuang sekuat tenaga untuk bisa sukses dan kemudian bisa beramal. Menurutnya segala rintangan hidup pasti dialami oleh semua orang, tak terkecuali dirinya. Oleh karena itu Ia tetap semangat dalam mengarungi kehidupannya yang sulit saat itu, dan Ia mempunyai tekad “pantang menyerah” hanya karena ada rintangan. Apalagi sampai meratapi nasib dan mengeluh pada orang lain.
“Solusi bagi kesuksesan hidup di tangan kita sendiri, bukan pada orang lain. Karena itu tak ada gunanya mengeluhkan hidup pada orang lain. Yang berguna itu justru memberi inspirasi bagi orang lain bagaimana caranya kita tabah, tegar dan sanggup menghadapi dan menjawab semua persoalan hidup. Termasuk di masa pandemi ini. Wabah Virus Covid-19, kalau hanya untuk diratapi dan dikeluhkan, tak akan ada solusi. Justru kita harus berfikir bagaimana caranya menyesuaikan diri dengan tantangan pandemi, sambil tetap bersyukur dan menjaga diri, agar kita tetap sehat dan bugar,” tegas Ibu dua orang anak yang kedua anaknya itupun kini telah menginguti jejaknya menjabat sebagai Notaris/PPAT.
Semangat Kartini Baru Dimasa Pandemi
Ketika banyak perusahaan yang memotong gaji karyawan dengan alasan terdampak pandemi Covid-19, Notaris/PPAT yang berkedudukan kerja di wilayah Jakarta Pusat itupun merasa bersyukur bahwa dirinya tak pernah melakukan pemotongan ataupun pengurangan gaji pada karyawan dan staffnya.
“Alhamdulillah saya tak memotong sedikit pun gaji karyawan saya dengan alasan pandemi. Kita bisa bekerja ikhlas sambil menjalankan protokol kesehatan. Pandemi ini bukan alasan kita untuk menjadi kikir. Ternyata, rejeki yang bersumber dari Allah terus mengalir, malah saya bisa menyekolahkan semua ponakan, anak pembantu, dan karyawan sampai tingkat sarjana. Semua ini patut saya syukuri atas limpahan hidup yang diberikan oleh Allah,” tuturnya.
Pada kesempatan hari Kartini ini, Dr. Tintin ingin mengajak kepada semua, terutama kaum perempuan, untuk terus meneladani semangat Kartini. Ia mengajak untuk terus berjuang, saling menguatkan tekad untuk mengatasi segala rintangan, dan berinovasi, dengan cara berpikir apa yang harus dikerjakan agar bisa sukses, sesuai dengan apa yang diimpi-impikan oleh semua orang..
“Mari kita membangun impian dan mewujudkannya dengan kerja ikhlas dan cerdas, supaya kelak kita sukses dan bisa beramal untuk orang lain. Percayalah, dengan beramal untuk sesama, rejeki akan terus mengalir. Tuhan tidak akan menyumbat rejeki bagi orang yang suka beramal. Demikianlah, semoga apa yang saya sampaikan, pada hari ulang tahun saya ke-66 ini, tepat di Hari Kartini, bisa menginspirasi generasi muda yang sedang menata kiprah dan merintis jalan hidup menuju sukses. Saya akan sangat bahagia bila melihat generasi muda berhasil dalam meniti kehidupan. Betapa bahagianya, bisa meniti karier, padahal saya bukan orang dari keluaraga berada, karena orang tua sudah tidak ada sejak saya meniti karier,” pungkas Dr. Tintin. (Iwa)