DAERAH  

Sandiaga Uno Dukung Mobil Listrik Tenaga Surya Asal Trenggalek Berlokasi dengan ADWI

Sandiaga Uno saat menaiki mobil listrik Berkolaborasi dengan Bupati Trenggalek

TRENGGALEK,NUSANTARAPOS,- Mobil listrik tenaga surya karya siswa SMK Muhammadiyah Watulimo turut dipamerkan dalam menyambut kedatangan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) Sandiaga Salhuddin Uno.

Tidak hanya dipamerkan, mobil listrik tersebut juga sempat dinaiki mas menteri yang dikemudikan Bupati Trenggalek Moch. Nur Arifin. Bahkan tarian turonggo yakso juga disuguhkan dalam penyambutan kedatangan mas menteri.

Perlu diketahui, kedatangan menteri muda tersebut dalam rangka Penyelenggaraan Anugerah Desa Wisata Indonesia 2022 di Desa Pandean, Kecamatan Dongko, Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur, berlangsung semarak.

Usai menaiki mobil listrik tenaga surya, menteri muda yang biasa disapa Sandiaga Uno mengatakan bahwa mobil tersebut menyerupai golf cart dengan kabin.

Dengan adanya mobil listrik tenaga surya ini pariwisata Indonesia sudah bergerak menuju pariwisata yang berkualitas dan berkelanjutan. Termasuk dalam penggunaan kendaraan-kendaraan ramah energi di destinasi pariwisata.

“Saat ini Kemenparekraf telah menjalin kerja sama dengan Astra, dengan dasar dari energi baru terbarukan adalah kearifan lokal,” ungkapnya.

Mas Sandi juga menerangkan energi terbarukan disini seperti mobil tenaga surya buatan para siswa SMK Muhammadiyah Watulimo, Trenggalek. Menurutnya ini suatu hal yang perlu dilakukan kolaborasi bersama Astra untuk duduk bersama.

“Selain kendaraan listrik yang sekarang sudah banyak diproduksi oleh perusahaan-perusahaan besar, ini menjadi kearifan lokal yang juga bisa hadir di desa-desa wisata,” tutur Sandi.

Mas menteri sapaan akrabnya juga mengatakan bahwa bila jarak menuju Desa wisata Pandean dari Bandara Internasional Abdurrahman Saleh Malang sekitar 179 kilometer, atau kira-kira lima jam bila ditempuh dengan kendaraan roda empat.

Potensi pariwisata seperti destinasi watu kandang sungai konang bisa menjadi andalan, karena sungai ini memiliki air yang jernih membuat wisatawan betah berlama lama bermain air dengan sensasi jeram yang cantik.

“Bahakan sepanjang jalur yang dilintasi river tubing ini kiri kanan terdapat bebatuan besar dikelilingi pepohan rindang menjadi pemandangan satu keunggulan tersendiri,” ungkapnya.

Apalagi, tidak jauh dari finish river tubing ada air terjun 3 tingkat untuk kegiatan canyoning. Maka dari itu, dari total desa wisata dari 3.500 desa, Desa Wisata Pandean ini tembus 50 desa terbaik.

Selain itu, pariwisata ini berbasis komunitas. Ibu-ibu yang menjalankan walaupun baru satu tahun, ternyata sudah menghasilkan prestasi yang luar biasa dengan berbagai keunggulan potensi pariwisata yang ada.

Pihaknya juga berjanji bahwa Desa Pandean akan mendapatkan pembinaan dan pengembangan dari Astra selama satu tahun. Astra merupakan salah satu mitra kolaborasi Kemenparekraf tahun ini.

“Selain Astra, Kemenparekraf juga menggandeng BCA, BNI dan Grab yang nantinya dapat dilakukan kolaborasi,” jelasnya.

Seperti halnya desa wisata yang lain, destinasi wisata di desa Pandean yang merupakan desa ke-12 yang dikunjungi Menteri Parekraf ini telah memenuhi standar penilaian tim juri ADWI 2022 yang terdiri dari tujuh kategori.

Kategori tersebut yakni, daya tarik pengunjung mulai alam dan buatan, seni dan budaya, suvenir atau kuliner, fesyen, dan kriya, homestay, fasum atau toilet umum, digital dan kreatif, Cleanliness, Health, Safety, dan Environment Sustainability (CHSE), serta kelembagaan desa.

“Apalagi potensi seni dan budayanya, Desa Wisata Pandean memiliki Kothekan Lesung,” ucapnya.

Diimbuhkan Mas Menteri, itu merupakan sebuah kesenian yang sudah ada sejak zaman penjajahan hingga kini masih dilestariakan. Usia lesung kurang lebih 150 tahun. Sedangkan pemukul lesung adalah ibu – ibu lansia yang energik memainkan alunan musik ritmik.

Para wisatawan juga dapat berburu kuliner enak yang dapat dijadikan oleh-oleh. Seperti Sambal Cirang, beras kencur putih, Karak Tiwul, dan aneka keripik khas desa tersebut. Fasilitas umum di desa itu pun tergolong maju dan adaptif dengan perkembangan teknologi.

“Seperti Wifi publik di area River Tubing, serta akun sosial media, mulai dari FaceBook, Intagram, YouTube, dan Google Maps,” pungkasnya. (Rudi)