DAERAH  

Di Kota Depok Masih Ada Pengamen Jalanan Anak Dibawah Umur

Depok, Nusantarapos – Kota layak anak atau kota ramah anak adalah suatu gagasan yang menunjukkan jika lingkungan kota yang terbaik adalah lingkungan yang memiliki komunitas yang kuat secara fisik dan tegas, komunitas yang mempunyai aturan yang jelas; yang memberi kesempatan pada anak, dan memiliki fasilitas pendidikan yang memberi kesempatan anak untuk mempelajari dan menyelidiki lingkungan dan dunia mereka.

Kota Depok pada 25 Juli 2022 merupakan penerima penghargaan Kota Layak Anak yang diberikan oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Republik Indonesia.

Secara mengejutkan Kota Depok berhasil meraih penghargaan sebagai Kota Layak Anak (KLA) dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia dalam kurun waktu dua tahun terakhir tahun 2022. Sungguh sebuah prestasi yang sangat membanggakan bagi kalangan eksekutif kota, namun terasa mengganjal di mata mayoritas warganya.

Namun, keberhasilan yang diraihnya Kota Depok sebagai Kota Layak Anak tidak sulit rasanya untuk menjumpai kaum marginal anak jalanan. Hampir di perempatan jalanan Kota Depok banyak ditemui anak-anak putus sekolah yang berprofesi sebagai pemulung, pengamen, penjual makanan ringan, pengemis, hingga gelandangan tanpa penghidupan dan tempat tinggal jelas selain di emperan pertokoan.

Seperti halnya diungkapkan Abay (48) dari Warga Cilodong, memberikan informasi kepada wartawan melalui pesan WhatsApp, Jum’at (06/01/23) Anak-anak di bawah umur masih banyak berkeliaran menjadi pengamen badut yang meminta-minta dengan modus kostum berlaga seperti Badut. Pemandangan tersebut terlihat sekitaran wilayah Cilodong.

“Bukan di Jakarta saja bang badut anak-anak kecil, di Cilodong setiap sore banyak yg mengamen jadi badut”, ujarnya kepada wartawan.

Ironisnya Anak-anak ini kehilangan hak untuk bersekolah dan bermain, serta menjadi korban eksploitasi ekonomi. Fenomena anak-anak menjadi badut jalanan, menjadi pertanda bahwa mereka adalah kelompok yang rentan dieskploitasi secara ekonomi dengan dipaksa atau dibiarkan bekerja.(Rizky)