Bijak Bersosmed Tanpa Cyberbullying, Caranya Mudah Banget

JATENG,NUSANTARAPOS,- Sebagai pilar dalam indeks informasi dan literasi data, masyarakat Indonesia dinilai belum maksimal dalam mengakses, mencari, menyaring, dan memanfaatkan berbagai informasi dari media digital.
Sebab, sebagai medium, media digital terutama sosial media (sosmed), masyarakat dinilai cenderung memahaminya sebagai instrumental untuk mendapatkan kebebasan tanpa batas. Padahal, selain dibutuhkan kesadaran akan teknis instrumental, juga dibutuhkan nalar, kreatifitas dan kearifan guna terciptanya ruang siber yang sehat dan bermartabat.

Zahid Asmara, sinematografer dari Komunitas Kaliopak Digital mengatakan selain kecakapan membaca dan menuliskan peristiwa, kini di era digital kita kenal “transmisi” literasi digital sebagai ritmik sekaligus algoritmik kecakapan lanjut yang menuntut kesadaran kritis sekaligus praktik, kecakapan taktis maupun strategis, dan kecendrungan transformatif daripada disteruptif.

“Kesimpulannya, kecakapan digital tidak terbatas pada wawasan atau penguasaan baik dari segi teknologi, teknik, fitur, ataupun platformnya saja, namun lebih dari itu adalah Logic, Language, dan Legit dari keempatnya,” kata Zahid Asmara dalam diskusi virtual bertema “Bijak Bersosmed Tanpa Cyberbullying” yang diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bekerja sama dengan Siberkreasi Indonesia, Rabu (17/5/2023).
Kecakapan, lanjut Zahid, tidak membatasi diri, terlebih seorang kreator, untuk terjebak, terlena akan keempat medium itu. Justru merdeka, baik secara gagasan atau setidaknya secara ide konseptual.

“Kemerdekaan adalah bagaimana diri mengetahui dan kemana dayung akan dilabuhkan meski dengan penumpang atau bahkan perahu yang berbeda,” jelasnya.
Sementara itu, Anang Dwi Santoso, Dosen Universitas Sriwijaya memaparkan beberapa jenis serangan siber, yakni Phising, Ransomware, Man-it-the-Middle (MitM) Attacks, SQL Injection, dan Malware/Spyware.

Dijelaskannya, serangan Phising biasanya melibatkan email atau pesan lainnya yang tampaknya berasal dari sumber terpercaya, tetapi sebenarnya bertujuan mengelabui pengguna agar memberikan informasi pribadi atau login.
“Sedangkan Ransomware adalah sejenis perangkat lunak jahat (malware) yang mengenkripsi file pengguna dan kemudian meminta tebusan untuk mendeskripsikan mereka,” terang Anang.

“Kalau MitM, penyerang memasukkan dirinya sendiri ke dalam komunikasi antara dua pihak untuk mencuri informasi. Sementara, SQL Injection adalah teknik di mana penyerang dapat memanipulasi kueri database untuk mengakses, memodifikasi, atau menghapus data. Sedangkan, Malware/Spyware adalah jenis perangkat lunak jahat dapat diinstal pada komputer tanpa sepengetahuan pengguna dan digunakan untuk mencuri informasi pribadi,” tambahnya menjelaskan.
Serangan siber lainnya yakni Eavesdropping/Snooping, Identity Theft, Social Engineering, dan Denial of Service (DoS).
Anang kemudian menjelaskan kenapa kita harus meningkatkan keamanan digital.
“Untuk melindungi data pribadi, pencegahan serang siber, kepercayaan pelanggan, kepatuhan regulasi, dan antisipasi menghadapi ancaman yang berkembang,” katanya.
Dia pun memberikan tips melindungi gawai (handphone) dari serangan siber dengan cara perbarui sistem operasi dan aplikasi secara berkala ke versi terbaru, gunakan anti virus, bersikap hati-hati dengan aplikasi yang diinstal, gunakan fitur keamanan bawaan, dan jangan mengklik link yang mencurigakan.
“Tips lainnya, membuat cadangan data, hati-hati dengan Wifi publik, nonaktifkan Bluetooth jika tidak diperlukan, periksa izin aplikasi, dan gunakan autentikasi dua faktor jika disediakan oleh aplikasi atau layangan,” ucap Anang.

Sedangkan melindungi sosmed dengan membuat kata sandi yang kuat, aktifkan verifikasi dua langkah atau autentikasi dua faktor, dan berhati-hati dengan informasi yang kita bagikan.
Anang juga menyarankan agar memeriksa pengaturan privasi, berhati-hati dengan Scam dan Phising, berhati-hati dengan permintaan pertemanan (follower), perbarui sistem operasi dan aplikasi, serta log out akun Anda setelah menggunakan perangkat publik.

Dia mewanti-wanti, jika menjadi cyberbullying dapat mengakibatkan stres dan cemas, hilangnya kepercayaan diri dan harga diri, mengalami gangguan tidur, penurunan prestasi akademik atau pekerjaan, dan mudah marah atau frustasi.

“Dampak jangka panjangnya akan depresi, mengisolasikan diri, mengalami masalah pada kesehatan, dan pemikiran atau tindakan bunuh diri,” jelasnya.
Menurutnya perundungan digital dapat dicegah dengan Pendidikan, keamanan online, berkomunikasi, memantau aktivitas online, dan sebarkan kesadaran.

Pembicara lainnya, Agus Mahasin, Analis Aparatur Ahli Muda Kanwil Kementerian Agama (Kemenag) Jawa Tengah mengatakan, budaya bermedia digital merupakan kemampuan individu dalam membaca, menguraikan, membiasakan, memeriksa, dan membangun wawasan kebangsaan, nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan sehari-hari.

Maka dari itu, pengetahuan dasar akan nilai-nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai landasan kecakapan digital dalam kehidupan berbudaya, berbangsa, dan bernegara sangat diperlukan.

“Menjadikan nilai-nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai landasan kecakapan digital. Dan mewujudkan nilai-nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai panduan karakter dalam beraktivitas di ruang digital,” imbuhnya.

Kata Agus, jatidiri kita dalam ruang budaya digital tak berbeda dengan budaya nondigital. Digitalisasi budaya memungkinkan kita mendokumentasikan kekayaan budaya. “Digitalisasi budaya dapat menjadi peluang untuk mewujudkan kreativitas,” jelas Agus.

Sebagai informasi, berdasarkan survei Indeks Literasi Digital Nasional Indonesia yang diselenggarakan Kemenkominfo dan Katadata Insight Center pada 2021 disebutkan bahwa Indonesia masih berada dalam kategori ‘Sedang’ dengan angka 3.54 dari 5,00.

Dan, perlu diketahui, Kemenkominfo bekerja sama dengan Siberkreasi Indonesia menggelar Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD), salah satu programnya adalah #MakinCakapDigital.
Informasi mengenai literasi digital dan info kegiatan dapat diakses melalui website info.literasidigital.id, media sosial Instagram @literasidigitalkominfo, Facebook Page, dan Kanal YouTube Literasi Digital Kominfo.