Upaya Kurangi Sampah Pangan di Indonesia, JP2GI Gelar Focus Group Discussion

Jakarta, Nusantarapos – Mengolah susut pangan dan sisa pangan yang masih bisa dikonsumsi masih menjadi persoalan. Perlu dibentuk regulasi agar diketahui, dipahami, dan diimplementasikan dalam kehidupan masyarakat.

Maka dari itu, Focus Group Discussion (FGD) Nasional diselenggarakan dengan tema “Percepatan Pengurangan Susut dan Sisa Pangan di Indonesia” oleh Jejaring Pasca Panen untuk Gizi Indonesia (JP2GI) bekerja sama dengan Kementerian PPN/Bappenas, The Global Alliance for Improved Nutrition (GAIN) Indonesia dan Life Cycle Indonesia (LCI) Indonesia, dalam upaya menangani isu global tingginya nilai susut dan sisa pangan di Indonesia.

“Memang ini merupakan forum untuk awal membuat sistem dalam rangka mereduksi susut dari lapangan ini menjadi lebih kongkrit, kolaboratif dan lebih diimplementasikan, sehingga kita kumpul sesama teman-teman yang mempunyai niat yang sama untuk menyusun konsep, ” kata Dr. Soen’an Hadi Poernomo, Ketua JP2GI yang diwawancarai awak media di Mandarin Hotel, Jakarta, Selasa (29/8/2023).

Dengan begitu, lanjutnya, para pemangku kepentingan, yakni pemerintah, akademisi, perwakilan sektor swasta, industri/pelaku usaha, dan asosiasi/organisasi serta masyarakat sipil dapat saling berkolaborasi.

“Jadi biar nggak membuat peraturan sendiri-sendiri gitu, ” lanjutnya.

Fokus dari FGD ini sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG) 12.3, yang menargetkan pengurangan separuh susut dan sisa pangan (SSP) di tahun 2030 serta SDGs 2, yang bertujuan untuk mengakhiri kelaparan, mencapai ketahanan pangan, meningkatkan gizi, dan mendorong pertanian berkelanjutan.

Program ini juga didukung oleh regulasi pengendalian pangan nasional yang tertuang dalam Undang-Undang No 18 Tahun 2012 tentang pangan yang mengamanatkan pembangunan Sistem Pangan untuk mewujudkan Ketahanan Pangan melalui Kemandirian dan Kedaulatan Pangan.

Berdasarkan data The Economist (2021), Indonesia menempati posisi ketujuh sebagai negara penghasil SSP terbesar di dunia. Data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) pada tahun 2021, menyebutkan bahwa sampah sisa makanan menjadi komposisi sampah yang paling banyak yaitu sebesar 29,1 persen dari total sampah. Selain berpengaruh terhadap upaya mewujudkan ketahanan dan kemandirian pangan, susut dan sisa pangan juga berkontribusi terhadap perubahan iklim yang kemudian juga berdampak terhadap produktivitas hasil panen.

Dalam kesempatan itu, Pendiri Food Of Indonesia (FoI) M. Hendro Utomo juga menjelaskan perbedaan limbah makanan dan sisa makanan. “Kalau makanan yang disebut limbah yang sampai di tempat sampah. Yang diselamatkan itu makanan yang lebih dan belum jadi limbah, artinya masih bisa dimanfaatkan oleh manusia. Yang kedua, yang tidak bisa untuk manusia itu bisa untuk pakan, itu larinya ke ayam, kambing, babi, ikan. Nah, itu jumlahnya sangat pesat, ” terangnya.

Kegiatan ini juga menghadirkan Dr. Vivi Yulaswati, Deputi Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Alam dari Kementerian PPN/Bappenas RI dengan topik “Peningkatan kualitas Manajemen Pangan Menuju Indonesia Emas 2045“

Dilanjutkan dengan paparan dari Dr. Anang Nugroho, (Perencana Ahli Utama Bappenas RI, National Convener UNFSSD 2021) yang memaparkan “Rancangan Peta Jalan Pengurangan Susut dan Sisa Pangan (SSP) 2025-2045”.

Selanjutnya sesi diskusi oleh panelis dari Kementerian/Lembaga pemerintah, industri, pelaku usaha dan organisasi yang peduli terhadap pengurangan susut dan sisa pangan di Indonesia serta para undangan lain yang hadir.