OPINI  

Pergeseran Paradigma E-Tourism dalam Kolaborasi Governance sebagai Pilar Pariwisata yang Berkelanjutan

Muhammad Aditia Rizki Mahasiswa Ilmu Administrasi Negara Fisip Uin Ar-Raniry Banda Aceh

Penulis:
Muhammad Aditia Rizki
Mahasiswa Ilmu Administrasi Negara Fisip Uin Ar-Raniry Banda Aceh

Pergeseran Paradigma E-Tourism telah menjadi pilar utama dalam membangun pariwisata yang berkelanjutan, didukung oleh kerjasama erat dalam bidang governance. Ahli terkemuka dalam industri seperti UNWTO (World Tourism Organization) menyoroti peran kunci teknologi digital, terutama E-Tourism, dalam mendorong pertumbuhan pariwisata yang berkelanjutan (UNWTO, 2018).

Menurut laporan terbaru UNWTO, penggunaan teknologi dalam promosi pariwisata telah memberikan kontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi global, dengan E-Tourism menjadi salah satu faktor utama dalam mempengaruhi perjalanan wisatawan dan keputusan mereka dalam memilih destinasi (UNWTO, 2020).

Dr. Rebecca Hawkins, seorang pakar dalam keberlanjutan pariwisata, menekankan pentingnya kolaborasi governance dalam memastikan bahwa pertumbuhan pariwisata tidak merugikan lingkungan atau kebudayaan lokal. Dalam penelitiannya, ia menyoroti peran pentingnya kerjasama antara pemerintah, lembaga non-profit, dan sektor swasta dalam menciptakan keberlanjutan pariwisata (Hawkins, R., 2019).

Pada keseluruhan, pergeseran paradigma E-Tourism menjadi pilar utama dalam menjaga pariwisata yang berkelanjutan. Dukungan kuat dari kolaborasi governance yang terarah dan data yang diperoleh dari lembaga terkait menunjukkan bahwa kesinambungan pariwisata bukanlah sekadar impian, tetapi tujuan yang dapat diwujudkan melalui integrasi teknologi dan upaya bersama dalam mengelola destinasi wisata secara bijaksana.

Dalam laporan terkait “Future of Tourism”, UNWTO juga menyoroti perubahan fundamental dalam perilaku wisatawan yang didorong oleh teknologi. Lebih dari 95% wisatawan menggunakan platform digital untuk merencanakan perjalanan mereka, menunjukkan bahwa E-Tourism bukan hanya alat promosi, melainkan juga sarana yang digunakan langsung oleh pengguna akhir (UNWTO, 2021).
Ahli lainnya, seperti Profesor John D.

Murdock, menegaskan bahwa kolaborasi governance dalam konteks pariwisata telah berubah secara signifikan dengan adopsi teknologi. Di dalam penelitiannya, ia menunjukkan bagaimana penggunaan aplikasi dan platform digital telah memberikan peluang bagi pemerintah lokal untuk melibatkan lebih banyak pemangku kepentingan dalam proses pengambilan keputusan (Murdock, J.D., 2020).

Dari data dan pandangan para ahli ini, dapat disimpulkan bahwa E-Tourism, ketika disokong oleh kerjasama governance yang efektif, bukan hanya mengubah cara destinasi dipromosikan, tetapi juga cara destinasi dielola. Dengan kerangka kolaboratif yang kuat, termasuk keterlibatan aktif dari pemerintah, industri, dan masyarakat, pariwisata yang berkelanjutan bukanlah hanya mimpi, melainkan hasil dari upaya bersama dalam memanfaatkan teknologi untuk kebaikan semua pemangku kepentingan.

Harapannya, Dengan kolaborasi antara E-Tourism dan governance dalam pariwisata dapat menciptakan destinasi yang berkelanjutan secara lingkungan dan sosial, memanfaatkan teknologi untuk melibatkan komunitas secara lebih luas. Diharapkan juga agar integrasi ini membawa pengalaman wisata yang unik dan berkesan, sambil memberikan manfaat ekonomi yang adil bagi semua pihak.