banner 970x250

Kurban 3 Pasti, Dompet Dhuafa Dorong Pemerataan Konsumsi Daging ke Daerah Pelosok

Jakarta, Nusantarapos – Dompet Dhuafa memastikan terlaksananya kurban yang adil dan merata melalui program Tebar Hewan Kurban (THK) 3 PASTI.

Rencananya, daging kurban akan didistribusikan ke 29 daerah pelosok Indonesia serta luar negeri, dengan target penyembelihan 30.000 ekor hewan kurban di tahun ini.

“Di tahun ini kita mengusung kurban 3 PASTI. Pertama pasti jantan hewannya. Kedua, pasti lolos quality control. Ini menjamin kualitas kontrol atas nama masyarakat yang membeli hewan kurban kepada dompet dhuafa. Ketiga, pasti tersalurkan ke pelosok negeri,” ujarnya saat konferensi pers di Menara Kadin, Kuningan, Jakarta, Kamis (30/5/2024).

Dia melanjutkan, bahwa indeks konsumsi daging di pelosok desa khususnya bagian Indonesia Timur hanya sebesar 0,07 % per tahun. Artinya, masyarakat disana sangat jarang mengonsumsi daging.

“Sehingga melalui kurban ini, kami berharap masyarakat memiliki kepedulian bahwa kurban itu ada aspek kemaslahatannya, untuk memberikan manfaat daging kurban ini kepada masyarakat,” lanjutnya.

Di Dompet Dhuafa, untuk domba/kambing (doka standar) berbobot 23-25 Kg, doka medium berbobot 26-28 Kg. Sementara untuk doka premium berbobot 29-33 Kg. Untuk 1/7 sapi dengan bobot 250-300 Kg dan Sapi utuh berbobot 250-300 Kg.

Merujuk data IDEAS yang dipaparkan oleh Haryo Mojopahit, “Beberapa wilayah perkotaan besar masih menjadi surplus daging kurban. Melalui data 2023, DKI Jakarta menempati urutan pertama di wilayah Pulau Jawa dengan 7.556 ton, sementara urutan kedua ditempati Bandung dan sekitarnya dengan 5.598 ton. Hal ini berbading terbalik dengan wilayah deficit daging kurban dengan tertinggi di wilayah Brebes, Tegal, Pemalang, Purbalingga dan Pekalongan mencapai -2.363”.

Sementara itu dari tahun 2022, IDEAS memetakan daerah-daerah prioritas intervensi Gizi Protein, seperti di Majene, Kabupaten Seram Bagian Barat lalu Kabupaten Hulu Sungai Utara dan Kabupaten Jeneponto dengan rerata konsumsi daging (kg/kapita/tahun) mencapai 0.000 hingga 0.010.

Di tempat sama, Aiman Ricky sebagai artis dan super volunteer Dompet Dhuafa turut berbagi pengalamannya. “Aku datang ke Sumbar ke tempat bencana lahar dingin Marapi, mampir ke Solok. Disana tempat quality controlnya Dompet Dhuafa. Quality Control begitu ketat, aman, kandangnya aman, aman dari penyakit PMK, melihat bobotnya dulu minimal sapi 250 kg, setelah itu ternyata ada dokternya. Pilihannya pasti jantan, bersih kandangnya, diberikan pakan yang baik. Pasti berkah dan yang terakhir amanah. Alhamdulillah jadi pengalaman yang menarik buat aku,” jelasnya.

Tri Broto selaku Pemimpin Redaksi Disway menyatakan, “Dengan adanya kurban bersama lembaga seperti Dompet Dhuafa, diharapkan pemerataan daging kurban di pelosok Indonesia. Kita banyak melihat di perkotaan, ketika kurban mereka tak jarang membawa banyak daging kurban dari beberapa titik pemotongan. Ini menjadi catatan bahwa kita harus mengoptimalkan pendistribusian daging kurban hingga pelosok,” paparnya.

Karnoto Abdul Aziz Mitra THK yang berasal dari Nganjuk, mengatakan, “Alhamdulillah sudah 27 tahun saya menjadi mitra Tebar Hewan Kurban 1445 H. Dengan hal ini saya sangat terbantu dengan menjadi mitra Tebar Hewan Kurban, salah satu dampak yang saya rasakan bagi saya dan kelompok dalam meningkatkan kesejahteraan ekonomi keluarga peternak seperti kami. Banyak dari mereka terbantu secara materi seperti dapat membangun rumah hingga membangun lini kebaikan seperti sekolah dan pemberdayaan lainnya,” ungkapnya.

Dr. Ahmad Syauqi, selaku Kasub Direktorat Akreditasi dan Audit Lembaga Zakat Kemenag RI mengungkapkan, “Pemerataan dan keadilan dapat kita lihat dalam penyebaran daging kurban. Tepat sasaran dan tepat jumlah Ketika dikelola secara tepat maka dampaknya kesejahteraan, dalam hal ini mustahik. Ini juga bagian dari dari tata Kelola zakat, infak, shidaqoh yang tepat,” tandasnya. (Arie)