JAKARTA,NUSANTARAPOS, – Seiring meningkatnya populasi lanjut usia di Indonesia, isu kesehatan dan kemandirian lansia menjadi perhatian utama.
Bangsa ini tengah menghadapi realitas baru: semakin banyak masyarakat memasuki usia senja, namun belum seluruhnya mendapatkan edukasi dan pendampingan kesehatan yang cukup.
Di tengah tantangan tersebut, Srikandi TP Sriwijaya hadir sebagai pelopor gerakan peduli lansia yang menitikberatkan pada edukasi, pemberdayaan, dan pendampingan berkelanjutan.
Komitmen itu kembali ditegaskan melalui kegiatan edukatif Sekolah Lansia Ratu Sinuhun Srikandi TP Sriwijaya yang digelar di Gedung Prodia Matraman, Sabtu (18/10/2025).
Kegiatan ini menghadirkan paparan komprehensif dari dr. Lilia Mufida SpOG (K), Konsultan Fetomaternal sekaligus edukator kesehatan lansia.
Acara turut dihadiri para perempuan inspiratif dari Srikandi TP Sriwijaya. Salah satu pembina Sekolah Ratu Sinuhun Srikandi TP Sriwijaya, R.A. Aisyah SE., MM., menekankan pentingnya peran perempuan dalam menjaga kesehatan lansia di lingkungan keluarga dan komunitas.
“Perempuan adalah penjaga kesehatan keluarga. Dengan edukasi seperti ini, kami semakin siap mendampingi para lansia,” ujarnya.
Melalui keterangan yang disampaikan di jejaring sosial pada Minggu (2/11/2025), R.A. Aisyah kembali mengajak masyarakat untuk berkolaborasi. Ia menegaskan, gerakan peduli lansia bukanlah program sesaat, melainkan komitmen jangka panjang demi masa depan orang tua kita.
Ia pun menyoroti pentingnya keterlibatan generasi muda. “Menghormati dan merawat lansia adalah jati diri bangsa. Satu langkah kecil dari anak muda dapat mengubah hidup seorang lansia,” tegasnya.
Program-program Srikandi TP Sriwijaya mencakup penyuluhan kesehatan, senam dan terapi gerak, pendampingan psikososial, hingga pelatihan keterampilan untuk menjaga produktivitas lansia.
Srikandi TP Sriwijaya menutup kegiatan dengan sebuah komitmen “Kami ingin setiap lansia tetap sehat, mandiri, dan bermartabat.”
Sementara itu, Ketua Umum Srikandi TP Sriwijaya Nyimas Aliah, SE, S.Sos, M.Ikom, menyampaikan bahwa materi yang disampaikan dr. Lilia sangat relevan dengan kurikulum Sekolah Lansia Ratu Sinuhun dan menjadi bekal penting bagi peserta didik lansia.
Kepala Sekolah Lansia Ratu Sinuhun, Dr. Ir. Hj. Lies Rosdianty, M.Si, menegaskan komitmen lembaganya untuk terus memperkuat lima pilar kesehatan lansia melalui edukasi berkelanjutan dan pendampingan intensif.
Dalam sesi pemaparan mengenai Dimensi Kesehatan Lansia, dr. Lilia menekankan:
“Usia boleh bertambah, tetapi kualitas hidup tetap dapat dijaga. Dengan pola hidup terukur, nutrisi seimbang, dan pemeriksaan rutin, proses penuaan bisa dijalani dengan sehat dan produktif.”
WHO membagi kelompok lansia mulai dari usia pertengahan (45–59 tahun) hingga usia sangat tua (90+), masing-masing dengan risiko kesehatan yang beragam. Pada perempuan, penurunan hormon estrogen, melemahnya otot, dan menurunnya daya tahan tubuh menjadi perubahan yang perlu diantisipasi.
Osteoartritis menjadi salah satu masalah paling umum pada lansia. dr. Lilia menguraikan langkah pencegahannya dengan: Menurunkan berat badan untuk mengurangi beban sendi, Rutin melakukan latihan penguatan otot, Menghindari aktivitas berat, serta Menggunakan pereda nyeri bila diperlukan.
Adapun kebutuhan vitamin esensial yang disarankan antara lain: Vitamin D utuk usia 50-70 tahun: sebanyak 800-1000 IU/hari.
Vitamin D usia 70+ tahun: 800–2000 IU/hari
Kalsium untuk usia 50-70 tahun sebanyak 1000-1200 mg/hari. Kalsium untuk usia 70+ tahun sebanyak 1200 mg/hari. Vitamin B12, zat besi, vitamin C, vitamin E, dan selenium untuk kesehatan saraf, energi, imun, serta fungsi otak.
Lima Pilar Lansia Sehat ala dr. Lilia adalah:
Pola makan sehat & seimbang, Aktivitas fisik minimal 30 menit per hari, Tidur cukup & manajemen stres, Pemeriksaan kesehatan rutin, dan Tetap aktif secara sosial & spiritual.
Kesehatan emosional Lansia tak boleh diabaikan, dr. Lilia mengingatkan agar keluarga peka terhadap tanda-tanda gangguan emosional pada lansia seperti:
mudah cemas, sulit tidur, menarik diri dari lingkungan, merasa tak berharga, dan kehilangan motivasi.
Jika kondisi tersebut berlangsung lebih dari dua minggu, perlu segera dikonsultasikan ke tenaga profesional. “Saat lansia aktif, mandiri, dan bahagia, kualitas hidup seluruh keluarga ikut meningkat,” pungkasnya.

