Jakarta, NusantaraPos – Persoalan ketahanan pangan seperti beras dan jagung tidak hanya bergantung pada pemerintah. Tapi harus ada pelibatan petani, terutama regenerasi, serta upaya konsolidasi lahan.
“Isu beras dan jagung selalu bersalip-salipan degan isu dengan kebutuhan pokok. Ini jangan hanya menjadi isu politik ketahanan pangan. Maka yang harus dilakukan regenerasi petani dan konsolidasi lahan,” ujar Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Jawa Tengah, Kholiq Arif, Jumat (23/11/2018).
Apabila tidak ada regenerasi petani, imbuh Kholiq, gairah dari kaum milenial untuk bertani diprediksi takkan ada. Bahkan risiko terburuk, sumber daya manusia di bidang pertanian bisa hilang hingga 37 persen.
“Ini peluang anak-anak muda. Tapi semua harus berpikir jernih, sektor pertanian membutuhkan perubahan yang signifikan dari berbagai sisi. Orientasi bertani harus diubah, tidak merusak tanah, tanaman sehat dan menungtungkan, serta proses hulu dan hilir menjadi satu kesatuan,” papar Kholiq.
Pihaknya meyakini, regenerasi petani akan mempengaruhi produktivitas sektor pertanian. Selain itu, manajemen dan tata kelola di sektor pertanian harus diperbaiki. Petani ketika beroperasi diharapkan tidak lagi mengandalkan bantuan, lalu produksinya harus digenjot hingga mencapai HPP, sembari memperbaiki struktur tanah yang sudah rusak.
Lebih lanjut, ia menilai kurang tepat apabila kebijakan impor bahan pokok, dipersoalkan, namun tidak ada tindakan berarti di tingkat bawah.
“Ketika petani handal bermanajemen dan teknologi, penggunaan pupuk seimbang, pembelinya jelas, dengan harga yang sesuai maka sektor pertanian bisa menjadi andalan untuk meningkatkan pendapatan keluarga petani,” jelas dia.
Kholiq mengakui upaya memajukan petani tak mudah. Transfer ilmu/pengetahuan pengembangan pertanian, dipercaya bakal mendapat hambatan. HKTI Jawa Tengah sendiri telah memetakan komoditi beras dan jagung, termasuk pabrikasinya. Kawasan seperti Dieng, akan didorong untuk pengembangan sayuran sehat, peternakan dan juga tanaman yang mendukung kelestarian lingkungan. Di daerah Wonosobo peternakan domba semisal Dombos, akan jadi fokus utama, selain pengembangan lainnya seperti peternakan sapi perah.
“Upaya ini sekaligus mendukung merancang bangun untuk tutupan kawasan Dieng. Isu lingkungan, kesehatanan dan isu kedaulatan pangan menjadi satu kesatuan,” tandas Kholiq. RK