WISATA  

Lewat Kolaborasi, Disbudpar Ingin Perkuat Bandung sebagai Kota Desain

Bandung, Nusantarapos – Kota Bandung telah lama dikenal sebagai ‘Kota Kreatif’. Selain dihuni warga yang kreatif, julukan itu juga dipatenkan oleh UNESCO yang membawa Kota Bandung ke dalam Jejaring Kota Kreatif UNESCO (UNESCO Creative City Network/UCCN) sebagai Kota Desain sejak akhir tahun 2015 lalu.

Menurut Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Bandung Dewi Kaniasari, selaku City of Design, Kota Bandung memang harus menerapkan prinsip-prinsip desain ke berbagai lini pembangunan, mulai dari perencanaan, hingga eksekusi. Hal itu bertujuan agar setiap pembangunan di kota ini dirancang ‘by design’, bukan asal-asalan.

“Dengan julukan City of Design ini sebetulnya Bandung bisa memanfaatkan untuk diaplikasikan dari mulai perencanaan sampai eksekusi pembangunan kotanya. Jadi semuanya ‘by design’. Tidak hanya sebatas tataran konsep atau hanya sebatas wacana ‘Bandung Kota Desain’ aja,” tutur Kenny, sapaan akrab Dewi saat ditemui di kantor Disbudpar Kota Bandung, Jalan Ahmad Yani No.227, Kota Bandung, Jumat (5/6/2019) seperti dikutip dari Siaran Pers Humas Kota Bandung.

Saat kini, UCCN telah membawa semangat bagi Kota Bandung untuk terus memainkan perannya sebagai kota desain. Lewat tangan-tangan kreatif warga, setiap sudut kota dihiasi dengan berbagai sentuhan seni, mulai dari mural, street furniture, hingga penanda informasi di jalan raya yang unik dan berkesan.

Salah satu ornamen yang menjadi primadona adalah zebra cross yang didesain tak biasa. Banyak orang yang tertarik dengan pola zebra cross Kota Bandung yang alih-alih dicat hitam putih tetapi malah digambari beraneka desain, mulai dari suling, ular tangga, hingga arena lompat jauh. Zebra cross unik itu bisa dijumpai di Simpang Lima, Braga, Jalan Merdeka, dan Jalan Wastukancana.

Jika berkeliling kota dengan berjalan kaki di Jalan Ir. H. Juanda hingga Jalan Merdeka, warga dan wisatawan akan dimanjakan dengan desain trotoar yang sangat nyaman dan ergonomis. Ada bangku-bangku estetis yang dapat digunakan pejalan kaki untuk beristirahat dan berswafoto.

Banyak pula imbauan-imbauan edukatif yang copywriting-nya sengaja dibuat agar menarik dan eksentrik. Tak lupa, suasana kota tua itu dilengkapi dengan desain lampu jalan ala art deco yang cantik untuk diabadikan lewat foto, baik saat siang maupun malam hari.

Sentuhan desain juga sampai kampung-kampung. Sebut saja Kampung Dago Pojok atau Cibunut. Di sana, warga memanfaatkan sentuhan desain untuk meningkatkan potensi wisata, ekonomi, dan yang terpenting adalah kebahagiaan. Dengan lingkungan yang asri dan berwarna, warga bisa lebih nyaman tinggal di lingkungan yang sehat.

Penerapan Kota Desain ini tentu harus komprehensif dan bersama-sama. Menurut Kenny, konsep Kota Desain harus diterima sebagai komitmen bersama seluruh komponen kota, mulai dari pemerintah, sektor swasta, akademisi, media, hingga masyarakatnya. Semua pihak harus mendukungnya. (*)