BERITA  

Hari Pengentasan Kemiskinan, Dompet Dhuafa Ajak Masyarakat Kikis Kemiskinan

Jakarta, NusantaraPos – Berbicara kemiskinan, tak perlu jauh-jauh ke luar Pulau Jawa. Di Banten, provinsi tetangga Jakarta, potret kemiskinan masih banyak terpampang. Misalnya Kakek Surya (73). Di usia senja, bersama kakaknya ia terpaksa tinggal di tengah kebun, yang juga pinjaman warga.

Ia tak produktif lagi, belas kasihan warga menjadi penyambung hidup bersama kakaknya. Syukur luar biasa ia panjatkan saat berkah kebaikan para donatur Dompet Dhuafa menghampirinya.

Dengan catatan data yang ada, tentu kemiskinan masih menjadi momok di Indonesia. Pemerintah sebagai pemegang kendali kebijakan juga terus berupaya mengikis angka kemiskinan. Dalam paparan Wakil Presiden Bank Dunia untuk Asia Timur dan Pasifik, Victoria Kwakwa, mengatakan saat ini diperkirakan hampir seperempat penduduk di negara berkembang di Asia Timur dan Pasifik, hidup di bawah garis kemiskinan.

Tolak ukur tersebut membawa Bank Dunia mencatatkan tingkat kemiskinan dengan batas Upper Middle-Income Class (UMIC) berpendapatan US$ 5,5 (setara Rp 77 ribu) per hari. Hasilnya, jumlah penduduk miskin di bawah garis tersebut, justru naik menjadi 24 persen pada Oktober 2019. Lebih tinggi dari April 2019 yang tercatat 23,7 persen.

Tapi untuk Indonesia, Bank Dunia memprediksi tingkat kemiskinan menunjukkan tren penurunan hingga beberapa tahun ke depan, kendati lebih lambat. Untuk kelompok di bawah Upper-Middle Income Poverty Rate (US$ 5,5 per hari), Bank Dunia memprediksi jumlahnya turun dari 54,4 persen (2019), menjadi 52,3 persen (2020), dan 50,2 persen di 2021. Sementara untuk kelompok di bawah Lower-Middle Income Poverty Rate (US$ 3,2 per hari), jumlahnya juga turun dari 23,1 persen (2019), menjadi 21,3 (2020), dan 19,5 persen (2021).

Melihat kondisi ini, Dompet Dhuafa sebagai lembaga filantropi, berusaha bahu-membahu dengan pemerintah dalam mengikis kemiskinan.

Bermacam pemberdayaan dari berbagai sektor, terus diinisiasi dan gulirkan Dompet Dhuafa melalui donasi kebaikan masyarakat. Sektor ekonomi, pendidikan, kesehatan, pengembangan sosial masyarakat, dakwah dan budaya menjadi ujung tombak Dompet Dhuafa untuk membabat kemiskinan di Indonesia. Tapi, kala menggulirkan program, dirasa perlu pemahaman yang baik dalam penerapannya di lapangan.

“Memahami persoalan kemiskinan adalah hal mendasar, sebelum merumuskan strategi penyelesaiannya. Jika gagal mengerti inti persoalan di masyarakat, hampir dipastikan akan gagal menyusun desain program berorientasi penyelesaian kompleksitas kemiskinan,” ujar Direktur Eksekutif Dompet Dhuafa Imam Rulyawan, Jakarta, Kamis (18/10/2019).

“Beragam latar dan bentuknya, kemiskinan seolah mustahil hilang dari keseharian masyarakat, utamanya di pelosok desa. Namun, upaya mengikisnya harus terus jalan,” imbuh dia.

Langkah pemerintah menekan angka kemiskinan melalui skema alokasi dana desa, pada prakteknya mayoritas terserap untuk proyek infrastruktur. Memperbaiki jalan desa, saluran air, jembatan, dan beragam program fisik lainnya, tidak dapat secara langsung berpengaruh pada peningkatan taraf ekonomi masyarakat.

Alokasi program yang mendorong munculnya aktivitas produktif dalam bidang ekonomi, seperti penguatan UMKM, memperkuat jaringan pasar, dan peningkatan kualitas produk, nyaris bukan menjadi prioritas jatah sumberdaya dan kucuran dana.

Dalam beberapa kasus, pemerintah desa bukan tidak mau menggarap sektor tersebut. Tetapi ada persoalan kapasitas dalam menginisiasi dan menjalankan program dengan skema pemberdayaan.

“Persoalan kemiskinan di masyarakat harus terespon dengan baik, melalui skema program pemberdayaan. Membutuhkan hal mendasar di program pemberdayaan seperti paradigma inklusif dan berkelanjutan,” kata Imam.

Jadi, menurutnya pemberdayaan harus memberikan ruang bagi semua kelompok untuk mengoptimalkan potensi sumberdaya yang dimilikinya. Di semesta kemiskinan, sejak 1993 Dompet Dhuafa mencatatkan 19,13 juta jiwa penerima manfaat hingga 2018, dengan menyalurkan dana zakat, infak, sedekah dan wakaf sebesar Rp 2,48 triliun.

“Itu menjadi bukti dari kehadiran masyarakat bersama gelombang kebaikan untuk mengentaskan kemiskinan,” tandasnya.