Jakarta, nusantarapos.co.id – Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (Matakin) merayakan Imlek nasional yang ke-20 di Theater Garuda, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta Timur, Minggu (10/2/2019) kemarin. Meskipun dirayakan dengan penuh kesederhanaan namun meriah, karena dihadiri oleh ribuan umat Khonghucu dan pada tokoh-tokoh nasional.
Ketua Umum Dewan Kerohanian/Pengurus Pusat Matakin, Ws Budi Santoso Tanuwibowo mengatakan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa bahwa hari Minggu, (10/2) kemarin untuk ke-20 kalinya Matakin kembali menyelenggarakan perayaan tahun baru nasional terhitung sejak perayaan pertama 17 Februari 2000 di era Presiden Republik Indonesia K.H Abdurrahman Wahid (Gus Dur).
“Saya masih sangat terharu mengenang momen waktu itu. Gus Dur tidak saja begitu baik kepada umat Khonghucu tetapi sekaligus membuat sebuah sejarah baru dengan mendukung penyelenggaraan perayaan Tahun Baru Imlek Nasional yang pertama, dan orang juga jarang mengetahuinya ada juga perayaan Capgomeh pertama,” katanya melalui siaran pers, Selasa (12/2).
Untuk itu, lanjut Budi, kita harus tetap mengingat jasa beliau dan mengenangnya. Meskipun sekarang sudah banyak orang yang lupa atau malah mengaburkan, tanpa Gus Dur tidak akan ada cerita soal indah seperti hari-hari ini. Bahkan kita juga tidak boleh melupakan jasa-jasa Presiden RI kelima Megawati Soekarnoputri yang hadir dalam perayaan Tahun Baru Imlek Nasional ke 3, 4 dan 5. Dimana saat itu di depan ribuan umat Konghucu yang memadati gedung PRJ, Kemayoran (17/2/2003) menetapkan Tahun Baru Imlek sebagai hari nasional.
“Tak kalah penting, Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) secara konsisten menerapkan kebijakan para pendahulunya. Sebagai presiden, SBY tak pernah absen dan selalu hadir di perayaan Tahun Baru Imlek Nasional yang diselenggarakan oleh Matakin sejak tahun 2005 sampai 2014. Bahkan kehadiran beliau sudah dimulai sejak masih menjadi menteri dalam pemerintahan Gus Dur dan Megawati,” ujarnya.
Budi menjelaskan seperti kelaziman pada penyelenggaraan perayaan Tahun Baru Imlek sebelumnya, perayaan Tahun Baru Imlek Nasional ke-20 ini juga mengusung tema yang sekaligus menjadi pesan resmi Matakin. Pesan atau tema tahun ini adalah ‘Penimbunan Kekayaan Akan Menimbulkan Perpecahan Diantara Rakyat, Tersebarnya Kekayaan Akan Menyatukan Rakyat’.
Menurut Budi yang juga sebagai Ketua Panitia Perayaan Tahun Baru Imlek ke-20, tema tersebut terinspirasi masih tingginya jumlah penduduk yang berada dibawah garis kemiskinan. Secara presentasi menurut data BPS per September 2018 masih terdapat 9,66% yang berada digaris kemiskinan dadi total populasi penduduk Indonesia. Ini artinya ada 25 juta yang hidup dengan penghasilan Rp. 47.000 perbulan/per kapita, sehingga hal tersebut jelas menjadi persoalan serius dan bukan persoalan ringan dan mudah diatasi.
“Terkait hal di atas,Matakin menghimbau dan mengingatkan kita semua untuk lebih peduli dan saling bantu-membantu. Budaya gotong royong harus digalakkan kembali, tentu dengan variasi di sana-sini. Para tokoh agama sebagai pimpinan informal wajib membantu menyelesaikan masalah ini dalam arti tidak jemu-jemu untuk selalu mengingatkan masyarakat,” tegasnya.
Acara tersebut dihadiri oleh Menteri Agama Lukman Hakim Syaifuddin, Ketua DKPP sekaligus Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Jimly Asshiddiqie, Ketua Kongres Wanita Indonesia (Kowani) Dr. Ir. Giwo Rubianto Wiyogo, M.Pd., para tokoh lintas agama dan undangan lainnya.
Dengan menghadirkan sejumlah hiburan yang begitu memukau yang ditampilkan oleh Genta Swara Perkhin, Genta Rental Persada yang membawakan Tari Piring, Genta Swara Mula yang menampilkan lagu Wo Men De Cheng Xin Zi dan Gong Xi Gong Xi, Candeza Dance dan Wushu Genta Suci, Martha dan GRP yang membawakan lagu Melati Suci, serta menampilkan Tju Su Bio yang menjadi pamungkas dengan atraksi Barongsai dan Liongsai.(Hari.S)