Taufan Soedirjo : Musuh Terbesar Pancasila Bukan Agama Tapi Kepala BPIP

Ketua Umum LKBH Djoeang Indonesia Achmad Taufan Soedirjo.

Jakarta, NUSANTARAPOS.CO.ID – Ketua Umum LKBH Djoeang Indonesia Achmad Taufan Soedirjo merespon keras pernyataan Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Yudian Wahyudi yang menyebut bahwa agama jadi musuh terbesar Pancasila.

“Ketika saya amati dan pahami dia itu pintar, ramah dan sedikit meledak-ledak saat menyampaikan sesuatu,” kata Fungsionaris Partai Golkar tersebut melalui siaran pers, Kamis (13/2/2020).

Lanjut Taufan, beberapa hari yang lalu saya membaca pernyataannya di detik.com,”Si Minoritas ini ingin melawan Pancasila dan mengklaim dirinya sebagai mayoritas. Ini yang berbahaya. Jadi kalau kita jujur, musuh terbesar Pancasila itu ya agama, bukan kesukuan,”.

“Pastilah pernyataan ini viral, karena orang cenderung mengkonsumsi berita yang terkait dengan dirinya, agamanya, suku, hobi, tokoh idola, dan lainnya. Menurut saya, pernyataan ini melek SEO (Search Engine Optimization) banget,” ujarnya.

Namun, tambah Taufan, pernyataan itu menunjukan Yudian Wahyudi mengidap amnesia sejarah, tidak sabar membuat kesimpulan, membuat potensi menjadi masalah, sekaligus menunjukan bahwa ia tidak menghargai gotong royong sekaligus bersikap anti gotong royong.

“Agama yang menginspirasi Pancasila dilupakan, atau mungkin ia merasa pahalanya lebih besar dari 67 anggota Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan 21 anggota PPKI yang ikut merumuskan Pancasila,” terangnya.

Taufan menjelaskan pembumian Pancasila yang seharusnya dilakukan dengan merangkul tokoh agama tidak dilakukan, justru yang bersangkutan membangun tembok setelah dilantik sebagai Kepala BPIP.

“Kegagalannya membedakan agama dan pemikiran keagamaan tidak hanya berpotensi merusak dirinya tapi juga BPIP dan orang lain,” ucapnya.

Menurut Taufan, ada upaya membenturkan agama dengan Pancasila ini sudah sering dilakukan, dan selalu gagal karena para tokoh agama di Indonesia komunikasinya baik.”Sekarang Yudian Wahyudi mau mencoba lagi kah?, jika benar begitu, maka musuh terbesar Pancasila itu adalah Kepala BPIP,” tegasnya.

Dalam situasi begini, sambung Taufan, belum tentu memproduksi konten yang seakan menguntungkan golongan kita, juga menguntungkan kepentingan nasional NKRI. Maslahah‘ammah harus dikedepankan ketimbang kepentingan pribadi (maslahah khassah/maslafah fardiyyah).

Ketika para pemuka Agama sudah lama bicara tentang sila kelima Pancasila, Kepala BPIP malah bilang “Musuh terbesar Pancasila adalah Agama”

“Yudian Wahyudi adalah Kepala BPIP. Politiknya harus tingkat tinggi, mengedepankan tabayyun, memanfaatkan teknologi untuk menelpon lembaga, organisasi lain, sebelum menyalurkan pendapat di ruang publik dengan mengatasnamakan jabatannya di BPIP,” sarannya.

Taufan menerangkan ukuran keberhasilan BPIP itu salah satunya terlihat dari seberapa banyak diskusi Pancasila yang diadakan oleh organisasi masyarakat dengan sukarela. Nah, jangan dipancing dengan cara membuat kegaduhan. Karena diskusi yang diadakan oleh masyarakat nanti juga akan kontraproduktif dengan tujuan digajinya Kepala BPIP.

Kepada Pak Yudian, dengar dulu pendapat, ide seluruh tokoh masyarakat untuk membumikan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, barulah membuat pernyataan.

Jangan hanya mendengar konsultan atau pembisik, apalagi jika sarannya BGBJ alias “Bikin Gaduh Dulu, Baru Jelaskan.” Pola lama ini tidak relevan disaat bangsa ini butuh motivasi dan persatuan karena ancaman krisis ekonomi global.

“NKRI ini dibangun oleh kerjasama banyak golongan, utamanya golongan Islam, golongan kebangsaan dan golongan kiri, ini fakta sejarah yang tidak terbantahkan. Jangan sampai ketiga golongan ini terus saling mengecilkan peran, saling mengubur,” pungkas Taufan yang juga seorang advokat yang dibesarkan dari lingkungan pesantren tersebut.