BISNIS  

Kemen PPPA Dukung Perlindungan dan Pemberdayaan Lansia Perempuan

Bantul, Nusantarapos – Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA) mendukung perlindungan terhadap perempuan lansia (lanjut usia) dan mendorong upaya pemberdayaan dalam menciptakan lansia yang produktif dan mandiri, salah satunya melalui tradisi menganyam. Melalui kegiatan menganyam dari bahan daun pandan yang diproduksi menjadi produk-produk kerajinan dan dapat dipasarkan, diharapkan para lansia mampu membantu perekonomian hidupnya dan melestarikan tradisi.

“Kunjungan kami kali ini masuk dalam rangkaian Peringatan Hari Ibu (PHI). Sebelumnya kami juga telah mengadakan webinar dalam rangka 16 Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan untuk mendukung hasil kerajinan dari para lansia perempuan yang luar biasa ini. Mereka perempuan-perempuan tangguh yang mesti didukung. Anyaman ini merupakan kerajinan seni yang mesti dilestarikan bersama,” jelas Menteri PPPA, Bintang Puspayoga dalam kunjungannya ke Bantul, Yogyakarta (19/12).

Menteri Bintang menegaskan pentingnya memperhatikan konsep hulu hingga ke hilir dalam proses produksi kerajinan anyaman dari daun pandan untuk mendukung kesejahteraan para pengrajin lansia perempuan.

“Dari hulu kita bicara masalah bahan bakunya, mulai dari lahan penanamannya yang bisa kita koordinasikan dengan Kementerian dan Lembaga terkait seperti Kementerian Pertanian, bantuan Pemerintah Daerah, Pemerintah Provinsi, dan Bupati untuk mencarikan solusi bersama. Selain itu, kegiatan produksi yang dilakukan oleh mbah-mbah disini yang berkarya dengan luar biasa harus ada regenerasinya yaitu dari anak-anak muda. Bicara mengenai hilir, regenerasi yang dilakukan anak-anak muda ini dapat berupa program pemasaran,”

Meski begitu terdapat kendala yang dialami para lansia dalam memproduksi kerajinan dari pandan tersebut. Staf Desain Produk Pandem kerajinan khas daun pandan, Wulan Rusanti menyampaikan harga jual kerajinan tangan yang murah masih menjadi kendala bagi kesejahteraan para lansia dan membuat anak muda enggan menjajaki usaha kerajinan tangan.

“Para mbah-mbah disini merasa hidup bersama pasar, jadi ketika pasar meminta mereka akan selalu mensuplai. Padahal harga jualnya sangat murah, hanya sekitar 17 ribu atau paling mahal 20 ribu untuk satu tas,” ucap Wulan.

Staf Operasional Produk Pandem, Doni berharap karya-karya para lansia perempuan ini dapat lebih diapresiasi. Dirinya berpendapat bahwa kualitas produk yang dibuat para lansia perempuan ini tidak kalah dengan kualitas ekspor dan sesuai dengan tuntutan zaman, yakni produk yang ramah lingkungan.

“Produk anyaman ini menggunakan material daun pandan yang sangat ramah lingkungan dan dikerjakan secara tradisional. Kalau saat ini banyak yang bicara mengenai environmental friendly dan masalah climate crisis, maka anyaman ini solusi yang sangat tepat untuk digunakan,” ungkap Doni.

Berdasarkan hal tersebut, Menteri Bintang berharap peran serta Pemerintah Daerah setempat untuk turut bersinergi dalam menciptakan lingkungan produksi hingga pemasaran yang dapat mensejahterakan para lansia sebagai kelompok rentan. Melalui pemberian pemahaman kepada para lansia, memanfaatkan teknologi untuk memudahkan produksi, meningkatkan pemasaran dan melibatkan peran serta anak muda sebagai calon-calon penerus tradisi menganyam di masa mendatang. (Rilis)