SURABAYA, NUSANTARAPOS – Natal dan Tahun Baru (NATARU) tinggal beberapa hari saja. Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jatim nampaknya tidak mau kecolongan kalau kondusifitas yang sudah terjaga menjadi terganggu. MUI Jatim pantau keberadaan kelompok-kelompok radikal, intoleran, dan ekstremis.
Menurut Ernes Tegolelono, pengurus MUI Bagian Ekstremisme, Kamis (23/12/21),” Perbedaan dalam keyakinan beragama hanya merupakan identitas umat beragama semata, bukan untuk diadu domba, saya kira tidak ada agama satupun di dunia ini mengajarkan penganutnya untuk berbuat mengarah ekstremisme dan terorisme,” jelasnya.
“Dalam sejarah kemerdekaan NKRI, dulu saat menghadapi para penjajah semua agama bersatu berperang menuju kemerdekaan. Sehingga gerakan ekstremisme dan terorisme tidak ada. Indonesia merupakan negara yang memegang prinsip cinta damai.”ungkapnya.
“Dalam pandangan Islam, gerakan ekstremisme dan terorisme atas nama agama merupakan perbuatan yang berlebihan dalam beragama. Jadi umat Islam jangan sampai melampaui batas dalam beragama, yang wajib tetap dianggap perbuatan yang wajib, dan yang sunnah dianggap sunnah, koridor hukum (fiqih) seperti itu, ” tegas Ernes, eks mantan ketua Satkorwil Banser Jatim.
Dirinya berpesan, mendirikan negara Islam jangan dianggap sebagai kewajiban yang harus diterapkan di Indonesia, sehingga mudah mengklaim ideologi Pancasila dan UUD sebagai hukum taghut, hanya karena tidak ada di dalam Alqur’an.
Selain itu kami menghimbau tempat – tempat kelahiran mantan Presiden RI jelang tahun 2022 seperti Pacitan dan seterunya betul – betul tetap aman sesuai harapan kita semua. (Mujahid)