TRENGGALEK,NUSANTARAPOS, – Pemerintah Kabupaten Trengggalek getol melakukan kompensasi terhadap emisi gas buang atau biasa disebut karbon. Upaya itu dibuktikan dengan melakukan penanaman pohon di Destinasi wisata Banyu Lumut, Desa Tegaren, Kecamatan Tugu
Tidak hanya upaya pelaksanaan, upaya dalam hal kebijakan juga dicetuskan dengan dibuatkan tindaklanjut surat edaran Bupati Trenggalek yang mewajibkan setiap warga masyarakatnya untuk menanam pohon sebagai bentuk kompensasi atas gas buang yang dihasilkan dalam kegiagan setiap hari.
Bupati Trenggalek Moch. Nur Arifin mengatakan bahwa tanpa disadari semua aktivitas yang dilakukan setiap orang ternyata menghasilkan gas karbon. Bila tidak dikendalikan dapat berpengaruh pada keberlangsungan bumi.
“Karena acaman kerusakan alam inilah yang menjadikan saya mengeluarkan kebijakan mengeluarkan edaran tersebut,” tegas Gus Ipin sapaan akrabnya, Jum’at (28/1/2022).
Diterangkannya, tujuan semua itu tentunya menyelamatkan alam untuk genesasi penerus dengan tujuan menjadikan Trenggalek menjadi Kota Hijau. Dimasa kepemimpinannya memang ditargetkan Trenggalek menuju kota hijau.
Bahkan indikator kinerja Kabupaten Trenggalek salah satunya adalah kota hijau tersebut. Dengan demikian kebijakan yang diimbangi dengan pelaksanaan harus getok dilakukan.
Artinya didalam program daerah itu juga sudah diatur ruang terbuka hijau. Terus kadar oksigen ditingkatkan, salah satu langkahnya dengan memberlakukan penanaman pohon.
Dalam bunyi kebijakan itu bahwa setiap individu-individu di Trenggalek wajib menanam pohon, minimal 1 tahun disesuaikan dengan besarnya aktivitas. Semakin tinggi jabatan maka semakin tinggi aktivitasnya, sehingga semakin tinggi polusi yang diakibatkan maka semakin banyak pohon yang ditanam.
“Seperti saya, untuk Bupati minimal 50 batang pohon setahun. Ini dilakukan sampai tingkatan paling bawah dan masyarakat minimal 1 pohon satu tahun,” terangnya.
Jadi itu yang sedang Pemkab Trenggalek lakukan dan jenis pohon disesuaikan dengan kontur wilayah. Kalau pesisir harus bisa berfungsi sebagai green belt, pada perbukitan pohon yang bisa menahan air dan longsoran dan di beberapa tempat seperti tempat pariwisata kita tanam tanaman buah, sehingga nanti bisa menjadi spot wisata juga.
Dalam upaya itu diharapkan ekonomi Trenggalek ini berbasis ekonomi hijau. Mengingat semua pasti tahu di dunia ada karbon trading, bahkan untuk Indonesia semoga ada insentif bagi daerah yang memproduksi oksigen tinggi dengan banyaknya menjaga ruang kawasan hijau.
“Kemudian buahnya bisa diolah, seperti bambu bisa digunakan untuk sandang, pangan, papan sehingga ada ekonomi yang bergerak juga,” pungkasnya.