Bahas Kesejahteraan Buruh, Ishana Adriana: Buruh Seyogyanya Tidak Menyudutkan Pemerintah

JAKARTA, NUSANTARAPOS – Ketua Bidang Ketenagakerjaan Partai Berkarya, Ishana Adriana Dwi SE. M.M, QFE. CFP mengungkapkan, mengenai kesejahteraan buruh tentunya juga balik lagi kealurnya. Sebenarnya pemerintah merupakan jembatan antara buruh dengan pengusaha.

“Jadi menurut saya untuk teman-teman buruh harusnya dan seyogyanya tidak menyudutkan seratus persen ke pemerintah,” ujar Ishana saat ditemui awak media, di Jakarta, Senen (27/6).

Menurut Ishana, karena pemerintah jembatan untuk mengakomodir kebutuhan buruh pada pihak pengusaha maupun investor, jadi mari bersama – sama dibicarakan. Apalagi dengan kondisi negara saat seperti ini harusnya semua bersatu-padu.

“Saling harmoni duduk bersama,  kita punya yang namanya etika dan ingat bahwa kita punya yang namanya kebudayaan yaitu musyawarah untuk mufakat dan marilah kita mendirikan lagi berpancasila dengan baik,” tuturnya.

Maka dari itu, kalau kita sudah mengamati dan merenungi bisa kita menggerakan sila-sila yang ada dalam pancasila, negara akan maju dan harmoni.

“Untuk apa sih sekarang ribut-ribut?, Yang dicari apa sih?,  nggak dapat apa-apa loh.  Tapi efeknya ke dunia itu membuat label Indonesia  jelek artinya investor asing pun mundur perlahan meninggalkan negara ini dan ini tidak mudah,” ungkapnya.

Lebih lanjut ia mengatakan, apa artinya jika sudah tidak ada lagi dana segar untuk bangsa kita kepada Kaum buruh. Karena dengan investor asing dateng kesini salah satu cara kita harus bisa buat nyaman dan tetap mengacu dalam koridor dan aturan yang diatur dalam negara ini.

“Karena dengan investor asing dateng ke sini salah satu cara kita harus bisa buat nyaman dalam artian tetap dalam koridor dan aturan yang diatur dalam negara ini.

“Pengusaha itu diibaratkan user misalnya mau pakai buruh berapa-berapa orang sih? mau dipakai kriteria apa? dan pemerintah juga perlu membuat pelatihan untuk buruh itu, ada pembekalan pendidikan untuk SDM buruh & pemerintah harus bisa mengalokasikan dana pelatihan buruh untuk kebaikan semua, jika kita ingin memiliki SDM pekerja bernilai tinggi dan berkualitas dengan begitu bisa dibayar mahal dan tidak kalah saing dengan pekerja asing lainnya, ” paparnya.

“Ibaratnya kita dengan investor itu simbiosis mutualism,” ucapnya semangat.

Melihat perspektif dari bangsa kita sendiri di Indonesia saat ini betul-betul harus dibangun  dengan positif. Salah satunya dengan cara apa? Yakni membangun image positif ibaratnya image itu packaging jika packaging nya bagus maka akan enak dipandang eye catching dan menarik kemudian memberikan kenyamanan kepada pihak investor asing.

Pertama, jauhkan atau redamlah demo-demo. Kedua, jika demo jangan ada anarki tetap beretika karena negara kita ini terkenal negara yang menjunjung tinggi kesopanan dan kesantunan, dialog bareng musyawarah mufakat.

Ketiga, jangan terlalu banyak menuntut yang memang di luar dari ketidak mampuan para investor. “Ini karena kita tidak tahu perjanjian – perjanjian antara investor asing dengan pemerintah, ” jelasnya.

“Nah, ini adalah PR kita bersama, sekarang Kita bareng-bareng yuk!, intropeksi evaluasi duduk bareng dan kasih masukan pemerintah yang baik – baik. Pemerintah itu jangan dimusuhi tapi pemerintah itu dijadikan partner – partnernya kita semua yang sama-sama untuk membangun negeri ini. Mudah-mudahan ini bermanfaat bagi kita semua dan untuk Indonesia kuat dan hebat. Ojo bosen dadi wong apik, ” pungkas Ishana.

(Red)