Meski Stunting di Indonesia Menurun, Pemerintah Terus Lakukan Upaya Penurunan Lagi

SEMARANG,NUSANTARAPOS,- Guna melaksanakan program pemerintah dalam rangka mengatasi masalah stunting bagi balita di Indonesia, pihak Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) pusat bekerjasama dengan Anggota DPR RI Komisi IX mengadakan sosialisasi percepatan penanganan stunting khususnya di Kabupaten Salatiga.

Dari data Survei Status Gizi Balita Indonesia (SGBI) tahun 2021 prevalensi stunting saat ini masih berada pada angka 24,4 persen atau 5,33 juta balita. Oleh karena itu pemerintah berupaya terus mendorong program percepatan stunting di berbagai daerah di seluruh Indonesia.

Meskipun prevalensi stunting ini telah mengalami penurunan dari tahun-tahun sebelumnya.Seperti yang diamanatkan Presiden RI Joko Widodo, Indonesia menargetkan angka stunting turun menjadi 14 persen di tahun 2024.

Pemerintahpun akan memastikan intervensi pencegahan stunting pada perempuam sejak sebelum kelahiran dan sesudah kelahiran. Untuk sebelum kelahiran akan dilakjkan program pendistribusian tablet tambah darah (TTD) untuk remaja putri, program tambahan asupan gizi untuk bu hamil kurang gizi kronik, melengkapi puskesmas dengan USG untuk mempertajam identifikasi ibu hamil.

Dalam acara yang diikuti oleh warga Desa Watuagung, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang, Sis Budiono, Ketua PAC PDI Kabupaten Kecamatan Tuntang, Senin (12/9/22) mengatakan, “Mari kita manfaatkan kegiatan ini dengan sebaik-baiknya.”

Sementara itu dr.g. Widiono menerangkan bahwa penyebab terjadinya stunting ini dikarenakan pernikahan terlalu muda, kehamilan terlalu muda dan jarak melahirkan terlalu dekat. “Kalau anak sudah dua atau cukup perlu melaksanakan KB,” katanya.

Senada, Heryu cahyono Kepala Desa Watuagung mengungkapkan, penyebab stunting ada 4 diantaranya penyiapan pasangan usia subur yang akan meningkat, ibu hamil, ibu menyusui dan bayi itu sendiri. “Jadi ada 4 jika kita rangkai satu-satu akan memutus mata rantai stunting. Pertama bagaimana cara kita mengatasi anak kita bermain gadget yang tidak bermanfaat. Yang kedua pasangan usia subur yang harus menyiapkan sedini mungkin persiapan dalam menuju pernikahan, mempersiapkan usia yang matang dalam melahirkan serta mencukupi gizi ibu hamil dan juga melahirkan serta memberikan makanan yang bergizi pada anak,” terangnya.

Sedangkan disisi lain melalui teleconference, Tuti Nurdiana Roosdiono, Anggota Komisi IX DPR RI merasa tidak ada artinya tanpa adanya kerjasama antara warga, BKKBN pusat dan dirinya untuk menyelesaikan permasalahan stunting di Jawa Tengah ini.(ARSO)