DAERAH  

Bupati Pacitan Indrata Dengarkan Keluhan Warga Soal Labkesda, Nama SBY Jadi “Sasaran”

Labkesda Pacitan

PACITAN, NUSANTARAPOS, –Kegagalan koordinasi warga dengan pihak Pemda tentang pembangunan Laboratorium Kesehatan Daerah (LABKESDA) yang dinilai warga membahayakan akhirnya pecah dan ribut setelah diundang kedua kalinya  oleh Asisten Sekda Rudy Haryanto dan diihadiri Bupati, Sekda beserta rombongan.

Sebelumnya warga sudah diundang namun hasilnya belum ada kesepakatan. Kemudian undangan kedua bertempat di area pembangunan gedung Labkesda RT 02/RW 02 Kel.Baleharjo Kec.Pacitan. Kali ini kemarahan warga mulai muncul usai acara dibuka Sekda sekitar pukul 10.30 yang diteruskan Kepala Kelurahan Baleharjo dalam sambutannya mengatakan,

“Kronologi pembangunan Labkesda dari tahapan sudah mencapai 60 %, pada awalnya tidak ada pertanyaan, setelah ada cerobong masyarakat mulai menanyakan. Kemudian kesehatan mengadakan sosalisasi di rumah pak Rt terkait pembahasan IMB, cerobong, limbah air yang dibahas. Mohon nanti bapak ibu di pertemuan ini bertanya sejelas jelasnya,  Intinya sebelum pembangunan ini dilanjutkan dimusyawarahkan dulu dan warga kami persilahkan bertanya sejelas jelasnya sehingga nanti tidak bertanya  lagi.”

Berikut waktu untuk tanya jawab diberikan kepada warga RT 02,  salah satu warga yang diberi kesempatan pertama adalah Meiyanto  atau dikenal Tomblok nama panggilan akrabnya, dikenal juga dekat dengan mantan anggota DPR RI Nur Suhud dari Fraksi PDI P,  bahkan sudah tersebar ke publik sebelumnya kalau sering mengikuti perjalanan dinasnya, dirinya menyampaikan,

“Kalau pendirian laboratorium Tomblok beri masukan kepada bapak-bapak pemangku jabatan, saya merasa kaget tiba-tiba berdiri bangunan yang belum pernah disosialisasikan. Sebelum laboratorium ini diresmikan sebaiknya anggota DPR untuk studi banding. Kami menginginkan jangan masyarakat baleharjo dijadikan resah. “mintanya.

Kesempatan kedua diberikan kepada Sutris, ” Sebetulnya saya tidak mempermasalahkan, berhubung ada alat seperti itu akhirnya saya tanyakan. Dengan adanya blower segede itu berarti didalam blower itu kotor sekali. Saya tanyakan kepada yang kerja tidak ada solusi, dari pihak kesehatan tidak ada respon,  justru dari RT yang mengumpulkan. Namun setelah pertemuan di RT jawaban tidak masuk akal. Saya tanyakan katanya tidak ada aturannya,” kata sutris menirukan panitia pembangunan.

“Soal aturan saya contohkan, sebelum SBY jadi Presiden saya pelakunya untuk ikut memberikan bantuan air bersih dan tetap pakai aturan, saya mengidolakan pak SBY, mosok sekarang pembangunan Labkesda seperti ini?” tanya Sutris.

Tidak kalah sengitnya, Budi yang juga ikut “Nyawiji” menanyakan pembangunan di situ kok tidak ada sosialisasi dan yang lebih penting sebelum alat digunakan alatnya kenapa sudah tidak bisa dipakai.

“Saya sangat setuju dengan perencanakan ini tapi aturan harusnya dijalankan secara benar. Pembangunan ini saya lihat kok ada indikasi, disini ada bapak dari kejaksaan, saya minta pembangunan ini agar segera diperiksa dan saya minta ke Bupati untuk segera memindahkan tempat itu, ” ketusnya.

Sementara Dr. Hendra memberikan tanggapanya yang mengatakan, “Awalnya kantor ini kantor malaria, kemudian tahun ini dijadikan Labkesda, fungsinya laboratorium memeriksa air, sehingga berkembang untuk bahan-bahan untuk makanan. Kemudian bisa digunakan pemeriksaan pandemi covid. Memang persyaratan untuk pemeriksaan covid tidak gampang.”

Kendati demikian, belum selesai diterangkanya regulasi gedung Labkesda, Kenthut nama panggilan akrabnya salah satu warga dengan nada tinggi “interupsi “minta dijelaskan dengan ringkas soal IMB,

“Saya hanya minta tolong dengan Pak Bupati, akibat bangunan ini dampak dengan istri jadi bertengkar terus. Saya minta tolong sama Pak Bupati karena dulu saya mendukung Pak Bupati, saya nyoblos pak Bupati,  jadi Pak Bupati idola saya.” ungkapnya.

Setelah luapan emosi warga muncul  dan protes dianggap cukup, Bupati mulai menjawab dua hal berkaitan dampak lingkungan, pertama bangunan sudah berjalan dan kedua bagaimana nanti solusinya, tak lupa ucapan terima kasihpun diberikan  pada Tomblok yang minta diadakan studi banding dulu karena dianggap penting.

“Kita melaksanakan fungsi, sehingga ada juga peningkatan sarana dan prasarana. Pada kelanjutanya setelah selesai tidak mungkin langsung beroperasi karena masih harus urus ijin dari kementrian. Saya mohon panjenengan terus mengawal pembangunan ini, kalau merasa terganggu ya minta untuk dijelaskan. Harapan saya masyarakat Baleharjo khususnya di RT, 02 tetap saja mengawal. Akan tetapi semua sudah berjalan, sebetulnya kasihan Pacitan ini, di JaTim ada dua Kabupaten yang belum mempunyai Labkesda termasuk Pacitan,” jelasnya (10/22) .

Indrata menambahkan, pembangunan itu butuh kesepakatan panjenengan, kalau tidak pasti tidak akan berjalan. Siapapun atau sayapun seperti panjenengan. Kalau ada informasi kegiatan proyek belum beroperasi dan berfungsi tapi sudah berbahaya maka berhak untuk mengingatkan. Kami tidak mengelak kalau sosialisasi tidak melibatkan warga saya betul-betul minta maaf.

Namun di akhir acara sutris warga setempat yang mengaku tanah kelahiranya solo itu  minta kepada bapak-bapak terutama Bupati beserta rombongan  didampingi Sekda Heru Wiwoho dan Kadis Kesehatan melihat lokasi bangunanya, sebab kalau itu kata saya sendiri artinya dikira  sepihak.

Tentu tidak sepihak, semua harus bisa menyadari kalau sudah menyangkut gangguan lingkungan, regulasi menjadi pedoman mulai tahap sosialisasi dan seterusnya. Karena Itu Rukun Tetangga (RT) harus lebih awal menyikapi, tidak boleh kecolongan seperti permasalahan lain sebelumnya dan diduga sampai sekarang belum beres.

Lebih lanjut Rukun Warga (RW) harus dijaga, begitu juga Kelurahan, Kecamatan, semua harus difungsikan tahapan musyawarahnya sesuai tingkatan masing-masing mulai RT dan seterusnya agar warga mengetahui setiap ada kegiatan yang berdampak di lingkungannya dan memahami apa saja yang bisa mengganggu ketenangan warga. (Mujahid)