Teknik Bercerita, Efektif untuk Sampaikan Pesan Lewat Media Sosial

JAKARTA,NUSANTARAPOS, – Teknik bercerita diyakini sebagai strategi yang efektif untuk menyampaikan pesan-pesan penting melalui media sosial. Teknik ini perlu digunakan oleh para pengelola media sosial di lingkungan pemerintahan seperti kementerian/lembaga dan pemerintah daerah khususnya Dinas Komunikasi dan Informatika.

Praktisi dan konten kreator media sosial Adieb Haryadi dari Awrago mengatakan, ada tiga alasan mengapa teknik bercerita layak jadi pilihan dalam menyampaikan pesan ke audiens melalui media sosial.

Pertama, agar pesan tampil menonjol di tengah derasnya arus informasi yang mengalir dari netizen di media sosial di era digital saat ini.

“Menyampaikan pesan dengan teknik bercerita membuat pesan menjadi lebih menarik saat disampaikan atau menjadi lebih menonjol,” ujarnya saat menjadi narasumber di kegiatan Bimbingan Teknis Hybrid Strategi Pengemasan Pesan dan Teknik Bercerita yang Efektif bagi Pengelola Media Sosial Pemerintah Pusat dan Daerah se-Indonesia.

Kegiatan ini diselenggarakan secara virtual dan diikuti para pengelola media sosial dari 28 Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah di Jawa Tengah pada Jumat, 4 November 2022.

 

Adieb Haryadi menjelaskan, alasan kedua adalah untuk mudah mengkoneksikan pesan penting yang hendak disampaikan ke masyarakat dengan relevansi pesan tersebut serta tangkapan atau interpretasi oleh masyarakat sebagai penerima pesan.

Alasan ketiga adalah untuk menciptakan impact atau dampak yang kuat. Dengan menggunakan teknik bercerita, pesan menjadi mudah disampaikan, mudah dipahami dan mudah untuk selanjutnya ditindaklanjuti oleh penerima pesan.

Lalu bagaimana strategi menyampaikan pesan melalui teknik bercerita?

Adieb Haryadi mengungkapkan, dalam bercerita terdapat bagian-bagian atau elemen yang disebut eksposisi atau pemaparan awal meteri cerita, lalu tahapan rising action, kemudian klimaks atau puncak dari cerita yang disampaikan, kemudian tahapan falling action dan terakhir, resolution.

Terkait dengan teknik bercerita, bisa menggunakan delapan teknik berbeda.

Teknik pertama adalah teknik Monomyth yang disebut juga dengan istilah Hero’s Journey atau Perjalanan Sang Pahlawan. Penutur kembali ke titik awal cerita, namun disampaikan dengan teknik yang lebih kuat dan bijaksana. Teknik ini bagus digunakan untuk menyampaikan pesan tentang proses belajar.

Teknik kedua adalah teknik Mountain. Teknik penceritaan ini memiliki alur cerita dengan tensi yang memuncak lalu menurun di akhir cerita.

Teknik ini mirip dengan teknik penceritaan Monomyth.  Tapi cerita bisa berakhir dengan story bahagia atau sedih alias tragis. Mountain adalah teknik bercerita yang paling mudah diterapkan.

Teknik ketiga adalah Sparklines. Teknik ini membandingkan antara harapan dan kenyataan.

Teknik ini bagus digubakan untuk menyampaikan cerita yang membandingkan antara masalah dan solusi.

Teknik keempat, In Media Res

Teknik bercerita dengan metode ini dimulai dari alur puncak, lalu kembali ke awal. Teknik ini bagus diaplikasikan untuk cerita yang perlu menarik audiens secepat mungkin

Teknik kelima, False Start

Alur terkesan “dapat diprediksi” atau membosankan, namun tiba-tiba memberi
kejutan atau plot twist

Teknik ini bisa digunakan untuk cerita keseharian yang ingin dibuat lebih menarik

Teknik keenam, Nested Loop

Teknik penceritaan ini memiliki subcerita. Salah satu contohnya adalah cerita dengan analogi.

Teknik ketujuh, Converging Ideas

Teknik ini terdiri dari beberapa subcerita yang setara dan bersama membentuk akhir cerita.
Teknik ini baik untuk cerita yang berupa kesimpulan.

Teknik kedelapan, Petal Structure

Teknik ini terdiri dari beberapa subcerita yang setara dan masing-masing subcerita memiliki akhir yang sama. Teknik ini baik digunakan untuk cerita dengan beberapa karakter/narasumber yang memiliki pesan yang sama.

Selanjutnya, ada enam tahapan membuat cerita

Pertama, identifikasi audiens (who is the audience?). Manfaatkan data analitik pada platform medsos. Pertimbangkan juga sosiodemografi audiens. Selain itu, perhatikan engagement dan sentimen.

Kedua, tentukan hierarki pesan (what is the most important message?)

Tentukan mana pesan yang paling penting, cukup penting, tidak penting, tidak perlu,
dan lainnya. Lalu pilah dan pilih pesan karena kapasitas media terbatas.

Ketiga, buat garis besar cerita. Pilih teknik bercerita yang tepat

Keempat, buatlah draf cerita. Tambahkan gambar, video, atau konten lainnya
Kelima, tinjau cerita. Lakukan revisi yang diperlukan. Tahapan ini bersifat iteratif.

Keenam, finalisasi.

Adieb Haryadi menekankan, teknik bercerita yang efektif harus mendapatkan perhatian. Karena, sebaik apapun cerita, tapi tidak diperhatikan, maka tidak efektif.

Selain itu, dapatkan perhatian sebelum cerita dimulai. Pastikan audiens terus mengikuti cerita. (Danil)