SURABAYA,NUSANTARAPOS,-Setiap negara perlu mendorong digitalisasi yang berdampak pada peningkatan produktivitas, serta ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan. UMKM menjadi unit yang strategis dalam menggerakkan perekonomian karena UMKM dapat menjangkau hingga lapisan masyarakat paling bawah. Namun UMKM juga tidak akan bisa bergerak optimal jika sistem keuangan tidak bersahabat dengan para pelaku UMKM. Untuk itu diperlukan adanya inklusi keuangan yang mampu mengantarkan para pelaku UMKM untuk bebas mengakses permodalan. Menurut World Bank , inklusi keuangan didefinisikan sebagai akses terhadap produk dan layanan jasa keuangan yang bermanfaat dan terjangkau dalam memenuhi kebutuhan masyarakat maupun usahanya dalam hal ini transaksi, pembayaran, tabungan, kredit dan asuransi yang digunakan secara bertanggung jawab dan berkelanjutan. Salah satu sarana untuk menuju inklusi keuangan itu adalah melalui Koperasi. Koperasi adalah salah satu wadah yang dapat menghimpun dana dari anggota dan menyalurkannya kembali ke anggotanya. Koperasi memiliki banyak manfaat salah satunya adalah meningkatkan kesejahteraan anggotanya.
Desa Kendung yang terkenal dengan sebutan “Kampoeng Semanggi” memiliki 250 pelaku UMKM yang tersebar pada 8 Rukun Tetangga. Pelaku UMKM ini terdiri dari petani semanggi, penjual pecel semanggi dan makanan olahan semanggi, serta beberapa pedagang lainnya. Kampoeng Semanggi memiliki cita-cita untuk menjadi Kampung Wisata dan Edukasi Kuliner Semanggi. Untuk itu diperlukan sarana yang tepat untuk menampung rencana besar Kampoeng Semanggi dalam mewujudkan cita-citanya terutama pada akses permodalan. Dari sudut pandang itulah Tim Pengabdian Masyarakat Dosen Universitas Wijaya Putra yaitu Yuli Ermawati, Bachtiar, dan Pujianto berinisiatif untuk mengajak Pelaku UMKM dan warga di Kampoeng Semanggi untuk menuju inklusi keuangan melalui Sosialisasi dan Pendampingan Pembentukan Koperasi.