Petani di Trenggalek Wadul Masalah Hama dan Biaya Produksi

Foto : Bupati Trenggalek saat terjun langsung dan berbincang dengan petani. (Foto: Humas)

TRENGGALEK,NUSANTARAPOS,- Kelompok tani di Trenggalek wadul ke Bupati agar di buatkan rumah rumahan burung hantu untuk menghidupkan kembali rantai makanan di alam terutama lahan pertanian. Hal itu di usulkan karena dalam proses bercocok tanam, para petani resah dengan adanya hama tikus dan burung.

Usulan lain dari para petani yakni terkait dengan permintaan menurunkan biaya produksi yang mahal, hal itu disampaikan agar para petani mendapatkan keuntungan dari biaya operasional yang murah. Mengingat harga padi saat panen pasti tidak stabil.

“Kami minta perhatian terkait hama tikus dan burung selain beberapa usulan seperti pupuk dan harga jual padi,” kata Suwito selaku Bendahara Kelompok Tani (Poktan) Subur Makmur, Rabu (15/2/2023).

Suwito juga mengatakan bahwa bantuan pemerintah sangat berharga bagi para petani, apalagi karena para petani sering merugi yang disebabkan oleh hama seperti hama burung dan tikus.

Solusi dari hama itu, pihaknya meminta rumah rumahan burung hantu yang bisa menjadi predator bagi hama tikus dan burung. Selain rumah burung predator seperti beberapa usulan guna memfasilitasi kelompok tani di Dusun Gondangrejo, Desa Ngadirenggo, Kecamatan Pogalan RT. 28 RW. 12.

Sementara Bupati Trenggalek Moch. Nur Arifin saat menghadiri labuh panen di Desa Ngadirenggo, Kecamatan Pogalan mengajak petani untuk mau menekan biaya produksi. Hal ini dikarenakan lahan pertanian milik petani semakin menyempit.

Petani yang dulunya memiliki lahan yang luasnya lumayan, karena diwariskan kepada anaknya maka lahan tersebut semakin berkurang. Luasan lahan itu berkurang karena harus dibagi sesuai jumlah anak.

“Kemudian dari anak nantinya diturunkan ke anaknya lagi, belum lagi yang dijual dan yang lainnya,” ucapnya.

Maka disampaikan Gus Ipin jalan keluar agar ada untungnya maka petani harus menekan biaya produksi, harus rendah dan harus murah. Agar murah jika ikut kelompok tani, petani bisa mendapatkan subsidi.

Kemudian bila subsidinya kurang petani bisa membuat pupuk dan pestisida sendiri. Petani yang belum bisa membuat pupuk dan pestisida organik dari bahan limbah sekitar bisa mengajukan. Agar nanti Dinas Pertanian yang menjadwalkan untuk memberikan pelatihan kepada petani untuk bikin sendiri.

“Dengan begitu biaya produksi menjadi murah, sehingga beban mereka semakin ringan dan keuntungan semakin banyak,” pungkasnya. (ADVETORIAL)