OPINI  

Gus Dur Lebih Besar Dari Pada PKB

Oeh Ahmad Arrizal,Ketua Barikade Gus DurJaTim

Kabar Cak Imin dipasangkan dengan Anies Baswedan adalah kabar baik bagi capres yang lain dan juga bagi para pendukungnya. Bersama Cak Imin, kemungkinan kalahnya Anies semakin besar.

PKB adalah partai dengan basis pemilih yang cukup besar, tapi tidak berbanding lurus dengan elektabilitas Cak Imin yang di bawah nol koma lima. Itulah kenapa Prabowo juga tidak mau berdampingan dengannya walau sudah berkoalisi lebih dari satu tahun.

Prabowo tahu, Cak Imin itu zonk. Prabowo hanya menginginkan basis masa PKB saja, bukan Imin-nya. Sama seperti Paloh, ia tahu Anies akan kalah, kepentingannya hanya ingin menaikkan elektabilitas NasDem, maka Demokrat harus out. Ceruk pemilih NasDem dan Demokrat itu sama. Kalau AHY jadi cawapres Anies, maka yang untung besar adalah Demokrat. Ngerti kan? Anies betul-betul boneka Paloh, meski lima hari sebelum Cak Imin diputuskan jadi cawapresnya, ia menulis surat untuk AHY. Anies nurut saja apa kata Paloh, karena ia hanya petugas NasDem.

Namun itu bukan hal utama yang ingin saya tulis. Mendadak, di media sosial banyak yang mengarang cerita tentang hubungan Cak Imin dan Gus Dur. Cerita tentang Cak Imin mencuri PKB dari Gus Dur itu fakta sejarah PKB. Anda mau mendukung Cak Imin jadi wapres atau presiden sekalipun silakan, tapi jangan mengarang cerita. Mau anda kiai ataupun gus, jika sudah mengarang cerita bohong untuk mencuci dosa Cak Imin kepada Gus Dur, itu kesalahan besar. PKB dicita-citakan oleh Gus Dur untuk menjadi partai ideologis, bukan partai pragmatis yang kerdil seperti sekarang.

PKB dicuri Cak Imin itu disampaikan sendiri oleh Gus Dur secara lisan, jelas dan gamblang. Mbak Yenni sampai menarik garis tegas dengan Cak Imin. Hubungannya tidak pernah akur. Sebagai saudara, Mbak Yenni memaafkan, tapi untuk urusan PKB, Mbak Yenny tetap membela ayahnya. Jika ada yang mengarang cerita bohong, mau anda kiai ataupun gus, anda khianat dengan cucu Hadrotus Syaikh pendiri NU.

Akun-akun PKB sedang sibuk mencuci dosa politik Cak Imin terhadap Gus Dur. Beberapa Kiai mengarang cerita, seolah paling dekat dengan Gus Dur melebihi anak-anaknya, merasa lebih Gus Dur dari Gus Dur. Beberapa admin akun-nya saya kenal. Saya ingatkan saja, jangan melacur dalam politik. Dukung boleh, tapi jangan mencoba ikut menyebarkan cerita bohong.

Bagi Gus Dur, PKB itu urusan kecil. “Bahkan Gus Dur itu lebih besar dari PKB”. Terlebih, setelah PKB dicuri dan dipimpin oleh Cak Imin, semakin tidak jelas arahnya. PKB sekarang hanya dijadikan alat Cak Imin untuk menuruti hasratnya merasakan jadi presiden, atau minimal jadi wakil presiden.

Cak Imin tahu, merapat ke PDIP untuk dijadikan cawapres itu tidak bisa, bukan tidak mungkin, tidak bisa. PDIP tahu Cak Imin ingin jadi presiden atau wakil presiden tapi ratingnya buruk sekali. Cak Imin berharap hasratnya diwujudkan oleh Prabowo, ternyata kandas juga.

Ke Ganjar tidak bisa jadi cawapres, ke Prabowo di-PHP, akhirnya jualan ke Surya Paloh. Paloh butuh PKB untuk mendepak Demokrat yang ceruk pemilihnya beririsan. Bertemulah dua kepentingan Surya Paloh dan Cak Imin.

Begitulah Cak Imin, yang telah berkhianat kepada Gus Dur, kini tega berkoalisi dengan Anies Baswedan. Semua orang tahu, basis pendukung Anies adalah mereka yang sampai hari ini menghina Gus Dur dengan berbagai labelling. Liberal lah, antek Yahudi lah, buta mata buta hati, dan sebagainya. Umpatan mereka tidak pernah dicabut dan tidak pernah minta maaf.

Tawaran NU kepada dunia tentang gagasan Islam Nusantara sebagai wajah Islam yang ramah dan santun dihantam habis-habisan oleh mereka yang berdiri mendukung Anies Baswedan. Kalaupun mengaku NU, mereka menamakan diri sebagai NU Garis Lurus, yang selalu menyerang kebijakan dan pandangan pengurus NU dari PB, PW, PC, hingga ranting. Terlebih perlakukan dan cacian mereka terhadap sahabat-sahabat Banser yang konsisten menjaga toleransi, kebangsaan, dan kiai-kiai NU.