BUDAYA  

Warga Bantarsari Gelar Ritual Adat sebagai Wujud Syukur dan Pelestarian Budaya

CILACAP, NUSANTARAPOS.co.id – Warga Dusun Rejasari, Desa Bantarsari, Kecamatan Bantarsari, Kabupaten Cilacap menunjukkan komitmennya dalam melestarikan kearifan lokal melalui penyelenggaraan tradisi memetri bumi pada Selasa, 1 Juli 2025. Di tengah kemajuan zaman, ritual ini tetap hidup sebagai bentuk penghormatan terhadap warisan budaya dan ungkapan syukur kepada Sang Pencipta.

 

Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!

Kegiatan tahunan ini digelar setiap bulan Muharram, bertepatan dengan Tahun Baru Islam dan bulan Suro dalam kalender Jawa. Tahun ini, Dusun Rejasari menjadi tuan rumah penyelenggaraan, mengikuti sistem giliran antar dusun yang telah disepakati bersama oleh masyarakat setempat.

 

“Tradisi ini sudah mengakar kuat dan merupakan bagian dari identitas budaya Desa Bantarsari. Selain memperingati Tahun Baru Islam, kegiatan ini juga bertujuan menjaga keberlangsungan adat istiadat,” ujar Kepala Desa Bantarsari, Ngato Urohman.

 

Tak hanya menampilkan pagelaran budaya seperti ruwat bumi dan wayang kulit, rangkaian acara memetri bumi juga dirangkai dengan kegiatan keagamaan. Sebuah pengajian diselenggarakan di pagi hari dan menghadirkan KH. Muslihun Azhari, Imam Besar Masjid Agung Cilacap, sebagai penceramah.

 

Dalam kesempatan tersebut, pemerintah desa juga menyalurkan santunan senilai Rp10 juta kepada anak-anak yatim yang dibagikan melalui perwakilan ranting Muslimat NU di tiap dusun.

 

“Masyarakat kita sangat beragam. Karena itu, kegiatan ini kami selenggarakan tidak hanya sebagai pelestarian budaya, tapi juga wadah spiritual yang menyatukan,” tambah Ngato.

 

Puncak acara ditandai dengan pentas wayang kulit semalam suntuk oleh dalang Ki Eko Suwaryo dari Gombong. Pertunjukan ini dinilai sebagai simbol penting budaya Jawa yang perlu terus diwariskan kepada generasi muda.

 

“Wayang kulit merupakan kekayaan budaya yang patut dirawat. Melalui kegiatan ini, kami ingin anak cucu kita mengenal dan mencintai budaya sendiri,” jelasnya.

 

Ngato berharap, melalui memetri bumi, masyarakat Bantarsari mendapatkan keberkahan hidup, kesehatan, serta hasil bumi yang berlimpah sebagai bentuk karunia dari Tuhan Yang Maha Esa.

 

“Kami percaya, rasa syukur akan mendatangkan kebaikan. Semoga desa kita senantiasa diberi ketentraman dan rezeki yang melimpah,” pungkasnya. (Asih)