Tuban,-Desa Brangkal, Kecamatan Parengan Kabupaten Tuban secara geografis terletak di ketinggian 270 meter di atas permukaan laut (mdpl) yang memiliki wilayah kurang lebih 275 ha, dengan jumlah penduduknya 799 Kepala Keluarga, di mana 90 % nya merupakan lahan pertanian. Tak ayal penduduk desa sebagian besar hidup mereka sebagai petani dan buruh. Dari pagi hingga petang hari mereka selalu menghabiskan kegiatannya di sawah.
Sayangnya, akses jalan dalam mengangkut hasil pertanian dari sawah hingga ke jalan besar mereka harus rela untuk mendorong sepedanya sambil membawa beban hasil pertanian. Jalan masih sempit dan ketika hujan turun tanah jalan tersebut berlumpur, sehingga susah dilalui sepedah apalagi jalannya yang hanya setapak.




Tentu saja hal ini menjadi PR bagi Kepala Desa bagaimana caranya untuk membangun masyarakatnya, sehingga dalam mengangkut hasil bumi dan pupuk serta jalan transportasi masyarakat menjadi mudah tanpa harus melewati jalan setapak.
Dalam pembuatan jalan, sebagian warga pun harus merelakan tanahnya untuk dijadikan pelebaran. Kepala Desa harus ekstra keras untuk melakukan koordinasi dengan warga yang memiliki lahan sawah.
Zaenal Muttakin, Kades Brangkal mengatakan,” Kita kumpulkan warga dan dimintai kesadarannya, alhamdulillah mereka sadar. Tentu saja dengan pendekatan secara agamis serta pengertian secara emosional. Walaupun sebelumnya ada yang kurang setuju, warga pun secara serta merta dengan ikhlas memberikan sebagian tanahnya untuk pelebaran jalan.”
Bertepatan dengan hal tersebut, ternyata hasil sosialisasi dan pendekatan emosional Kepala Desa dengan warga tidak sia-sia. Ternyata, Desa Brangkal mendapatkan berkah melalui program Tentara Manunggal Membangun Desa (TMMD) 104 yang dilaksanakan oleh Kodim 0811/ Tuban yang dibuka oleh Bupati Tuban Fathul Huda pada 26 Februari 2019.
Di bawah kepemimpinan Dansatgas, sekaligus Dandim 0811/Tuban Letkol Inf. Nur Wicahyanto bersama dengan 150 pasukan gabungan yang terdiri dari Brigif 16, Yonmek 521, Gabungan Kodim 0811/Tuban, Zipur, Polres Tuban, unsur Pemda, Kesrem, Pen Rem, Bintal Rem, Timnis Korem, serta Ormas melaksanakan gotongroyong dengan masyarakat untuk mewujudkan impian membangun jalan baru yang nantinya diyakini membawa keberkahan serta dapat meningkatkan ekonomi warga.
“Pemerintah desa merasa terbantu. Apalagi transportasi dan ekonomi terbantu. Memperingan biaya pertanian. Wajar kalau kita kecapekan namanya ada kegiatan. Tentu saja program seperti ini berkelanjutan, mungkin ada kekurangan-kekurangan yang perlu dibantu. Meskipun itu Dana Desa (DD) sudah ada, namun, jika sebagian sudah dibangun oleh TNI bisa dialihkan dengan kegiatan yang lain,” lanjut Zaenal.
Sementara salah seorang warga Desa Brangkal, Suwitri mengatakan, ia merasa sangat senang karena jalan yang dulunya hanya setapak, kini bisa melenggang melewati jalan barunya yang saat ini memiliki panjang 1.300 meter dan lebar 3 meter dengan lapisan aspal.
“Dulu batunya banyak, kalau naik pakai sepeda gludak-gluduk (Bergoncang). Kersane sae sakteruse ngaten (Biar bagus selamanya begitu) dibangun sudah sukses,” ungkapnya.
Di tempat terpisah, Dandim 0811/Tuban, Letkol Inf. Nur Wicahyanto menerangkan, Desa Brangkal pada setiap tahun khususnya pada musim hujan, rutin menjadi langganan banjir. Hal ini disebabkan karena dampak dari sungai Kening yang meluap. Bila debit air tinggi pada saat musim hujan, dipastikan daerah sekitar akan banjir. Sungai Kening yang ada di desa setempat mengalir menuju sungai Bengawan Solo. Apabila curah hujan tinggi Sungai Bengawan Solo tidak mampu menampung air, sehingga meluap melalu sungai Kening dan menggenangi Desa Brangkal. Kondisi ini yang menjadi pertimbangan/ latar belakang desa tersebut menjadi sasaran TMMD 104 dengan program sasaran pokoknya berupa peningkatan jalan 1.300 m dari jalan sebelumnya, diperkeras menjadi jalan lapisan aspal.
“Bahwa pemilihan lokasi merupakan skala prioritas dari Pemkab Tuban untuk membantu mensejahterakan masyarakat. Untuk pemilihan lokasi tersebut sudah melalui mekanisme yang benar yaitu diawali dengan Musrenbang di tingkat desa kemudian dilanjutkan ke Kecamatan dan di tingkat Kabupaten. Jalan tersebut, pada saat banjir menjadi jalan evakuasi masyarakat dan ternak menuju daerah aman. Pada saat tidak hujan merupakan jalan usaha tani, dan menjadi jalan yang sangat bermanfaat bagi masyarakat untuk membawa hasil panen, pendistribusian pupuk dan jalan utama mereka untuk bekerja di lahan pertanian masyarakat,” jelasnya.
Dandim berharap, dengan adanya TMMD 104 ini kemanunggalan TNI dengan rakyat terjalin lebih kuat. Terlebih lagi, para prajurit yang bekerja setiap hari tinggal di rumah warga, termsuk makan dengan pemiik rumahnya menambah kerakatan hubungan keluarga.
Ia menyadari TNI dan rakyat tidak dapat dipisahkan. Bahkan yang tidak kalah penting, budaya gotong royong sebagai cirri khas bangsa Indinesia tetap terjaga baik di Masyarakat.
“Satgas TMMD 104 dalam melaksanakan tugasnya yang paling utama dalah semangat, tulus dan ikhlas dalam bekerja dan memaksimalkan waktu bekerja bila tidak hujan sehingga waktunya lebih maksial,” pungkas Dandim.(JOKO)