Situasi di Papua Mencekam, DPR Papua : Presiden Harus Panggil Pihak Terkait Untuk Selesaikan

Wakil Ketua Komisi IV DPRP, Boy Markus Sawit.

Jakarta, NUSANTARAPOS.CO.ID – Situasi di pulau Papua khususnya Manokwari dan Sorong mencekam yang diakibatkan mahasiswa yang ada di Malang dan Surabaya, Jawa Timur diintimidasi dan diteriaki “monyet” oleh oknum-oknum yang menganggap mereka telah menjatuhkan bendera merah putih ke dalam parit.

Menanggapi hal tersebut, Wakil Ketua Komisi IV DPRP Boy Markus Dawir mengatakan kejadian di Papua tidak akan terjadi jika adek-adek mahasiswa kami di Malang dan Surabaya tidak dikepung oleh oknum aparat TNI, Polri ataupun ormas yang ada di sana. Bahkan yang lebih menyedihkan adalah mereka menyebutkan anak-anak atau orang-orang Papua itu “monyet” sehingga menimbulkan demonstrasi besar-besaran di kota Jayapura, Sorong dan Manokwari.

“Untuk itu saya mendesak agar Bapak Presiden Jokowi memerintahkan 4 Gubernur (Jawa Timur, Jawa Tengah, Papua dan Papua Barat), Wakil Walikota Malang, Panglima TNI dan Polri duduk bersama menyelesaikan persoalan ini,” kata ketika ditemui di Kemayoran, Jakarta Pusat, Senin (19/8/2019).

Selain itu, lanjut Boy, kami mendesak agar Panglima TNI dan Kapolri turun langsung untuk menindak oknum-oknum yang terlibat saat terjadinya rasisme itu. Baik dari TNI, Kepolisian ataupun ormas harus ditindak tegas secara hukum yang berlaku di Indonesia.

“Setelah itu mereka segera mempublikasikan siapa-siapa saja yang terlibat sehingga menyebabkan kerusuhan ini terjadi. Saya juga menghimbau kepada Kepolisian khususnya yang ada di Jawa Timur jangan sampai memutarbalikkan fakta, tetapi mari kita sama-sama dorong proses hukumnya,” ujarnya.

Boy menjelaskan jangan sampai ada anggapan bahwa Kepolisian ingin cuci, anggota mereka tidak terlibat apapun. Karena dari video-video yang dikirimkan oleh wartawan atau mahasiswa ke kami ini jelas-jelas ada oknum aparat yang terlibat atau membekengi massa atau ormas-ormas yang ada seolah ada pembiaran sehingga hal itu terjadi di Surabaya dan Malang.

“Asal kalian tahu masyarakat yang ada di Papua itu sangat menghargai para pendatang yang ada di tanah Papua. Mereka cukup baik dan memberikan rasa aman kepada saudara-saudara kita se-nusantara yang mencari kehidupan di Papua sehingga dengan kejadian rasisme ini sangat melukai hati dan perasaan masyarakat Papua yang ada,” terangnya.

Sekali lagi, tambah Boy, saya mendesak agar pemerintah dan aparat keamanan segera menyelesaikan masalah ini dan menindak para pelaku yang menyebabkan kerusuhan. Sehingga di kemudian hari tidak terjadi lagi, tetapi jika terjadi lagi maka masyarakat Papua tidak akan percaya kepada pemerintah termasuk yang ada Jakarta khususnya.

“Ini yang bahaya bagi integrasi kita yang ada hari ini dan ini perlu dijaga. Saya melihat negara sudah cukup baik melihat Papua sehingga hal yang terjadi jangan sampai menjadi noda hitam atau bom waktu yang sewaktu-waktu meledak ke depan,” paparnya.

Karena pada hari ini, sambung Boy, kami juga melihat ada warga yang berdemo di KBRI Filipina sehingga dengan kejadian ini memancing pihak internasional ikut campur. “Untuk itu kita sebagai sesama warga negara tidak mau hal ini berdampak luas, karena kami tetap menginginkan Papua tetap berada di dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI),” tegas politisi Demokrat tersebut.(Hari.S)