DAERAH  

Kemensos RI Hadir di Sekolah, Ajak Pelajar Lombok Timur Kampanyekan Stop Bullying

Lombok, Nusantarapos – Sebutan dari kata Bullying atau perundungan yakni perilaku agresif yang sering sekali terjadi dikalangan oleh seorang atau kelompok siswa pelajar yang memiliki kekuasaan, terhadap siswa lain yang lebih lemah dengan tujuan menyakiti orang tersebut.

Seperti halnya yang dikampanyekan oleh para pelajar di Terara Lantang, Lombok Timur mengajak kampanyekan ‘Stop Bullying’. Dalam ajakan tersebut para pelajar menyuarakan yel-yelnya, “Saya berjanji tidak akan membully. Saya berjanji tidak akan mengejek. Saya berjanji tidak akan mendorong. Saya berjanji tidak akan memukul. Anak Indonesia hebat, hebat, hebat!,” serusn para pelajar serentak penuh semangat di Terara, Lombok Timur, NTB, Jumat (29/07).

Begitu kira-kira komitmen anti perundungan yang disuarakan secara lantang tidak kurang dari 367 siswa SDN 01 Terara saat tim Kementerian Sosial, melalui Sentra “Meohai” di Kendari, datang untuk memberikan edukasi dan mengajak para pelajar ini menghindari aksi perundungan melalui kampanye sosial _Stop Bullying_.

Di SDN 01 Terara saja, sejumlah siswa mengaku antusias lantaran diajak melakukan berbagai kegiatan menolak aksi perundungan dengan metode menyenangkan.

Vira (11) misalnya, salah satu pelajar kelas V ini, mengungkap kampanye sosial _Stop Bullying_ disampaikan dengan cara yang menarik. “Saya sangat senang sekali belajar dengan cara seperti ini, tidak membosankan,” ungkapnya usai mengikuti kampanye sosial.

Hal serupa dituturkan Asya Avara (12), pelajar kelas VI SD, yang memperlihatkan ketertarikannya sepanjang mengikuti kampanye sosial ini.

Menurutnya, pembelajaran seperti ini belum pernah didapatkannya selama belajar di sekolah. “Kami tidak pernah belajar seperti ini, jadi saya senang. Saya tidak berhenti memperhatikan, apalagi waktu drama,” ujar bocah berjilbab ini.

Dengan tegas, dia mengatakan mendukung untuk berperilaku baik kepada sesama anak. “Kita harus berbuat baik sama teman, tidak mengejek, memukul, tidak mendorong,” katanya tegas.

Kampanye sosial ini bermaksud untuk memberikan pemahaman kepada anak dengan cara yang mudah dipahami, sehingga harapan untuk menghentikan tindakan perundungan kepada sesama anak dapat tercapai.

Terkait metode penyampaian kampanye sosial yang mengusung tema _Stop Bullying_, Penyuluh Sosial Ahli Pertama dari Sentra “Meohai” di Kendari, Deny Irawan, menyebut pihaknya bersama tim mengemas kampanye sosial secara menarik dan parsitipatif.

“Rangkaian kampanye sosial ini kami kemas dengan kegiatan tidak monoton yang melibatkan anak-anak, seperti permainan, diskusi, dan sosiodrama,” terangnya.

Hal ini, dikatakan Deny, bertujuan memudahkan pelajar dalam memahami, serta memaknai konsep _bullying_ dan dampaknya.

Edukasi ini diberikan kepada sebanyak 1.439 pelajar di tiga sekolah di Kecamatan Terara, Kabupaten Lombok Timur. Tiga sekolah itu antara lain SDN 01 Terara dengan 367 siswa, SMPN 01 Terara dengan 1.000 siswa, serta SMAN 01 Terara dengan 72 siswa.

Lebih lanjut, edukasi melalui kampanye sosial _Stop Bullying_ merupakan bagian dari aksi ‘Peksos Goes to School’ (PGTS), mengingat aksi perundungan yang belakangan kerap terjadi sesama anak di beberapa daerah di Indonesia.

Adapun, PGTS, menjadi salah satu agenda yang dilakukan Kemensos dalam rangkaian Hari Anak Nasional (HAN) 2022, dengan menerjunkan para Pekerja Sosial ke sekolah-sekolah.

Seperti diketahui, Kemensos memperingati HAN 2022 dengan melakukan berbagai kegiatan sejak 23 Juli dan akan mencapai puncaknya pada 1 Agustus mendatang terpusat di Kecamatan Selong, Kabupaten Lombok Timur.

Berbagai kegiatan itu diantaranya penyerahan bantuan sosial kepada anak, meliputi perlengkapan sekolah, bantuan rumah layak anak, khitanan masal, pentas seni, permainan tradisional anak, dan lain sebagainya.

Meski acara dipusatkan di Pulau Lombok, namun anak-anak di sejumlah daerah di Indonesia, seperti Anak di Suku Anak Dalam Jambi; Anak di Suku Baduy, Banten; Anak di Suku Laut Pulau Bertam, Kepulauan Riau; Anak di Suku Asmat Papua; Anak di Kota Kecil Wini, Timur Tengah Utara; Anak di Pengungsian Majene, Sulawesi Barat, dan anak-anak di beberapa daerah lainnya, juga terlibat dan merasakan euforia kemeriahannya. (Arie)