EVENT  

Pengurangan Sampah Plastik Sekali Pakai Butuh Dukungan Produsen dan UMKM

Jakarta, Nusantarapos – Penggunaan sampah plastik sekali pakai untuk kemasan makanan dan minuman sudah menjadi hal wajar di masyarakat. Padahal lima tahun terakhir, penumpukan sampah plastik sudah semakin kuat isunya, tidak hanya di Indonesia tapi juga di lingkup global.

Untuk menanggulangi permasalahan sampah plastik tersebut, tak cuma meningkatkan kesadaran dan mengedukasi masyarakat, tapi juga butuh tanggung jawab produsen yang menggunakan plastik untuk kemasan produknya.

Dalam hal ini, sampah plastik sekali pakai yang dimaksud adalah kantong belanja plastik, sedotan plastik, sendok dan garpu plastik, gelas plastik serta wadah styrofoam.

Menurut Ujang Solihin Sidik selaku Kasubdit Tata Laksana Produsen Direktorat Pengurangan Sampah KLHK, berdasarkan Peraturan Menteri (Permen) LHK No 75 Tahun 2019, Pemerintah telah meminta pertanggungjawaban kepada produsen soal sampah plastik walaupun dalam pelaksanaannya masih menemui hambatan di lapangan.

“Tentangannya berat untuk mengimplementasi karena ini kebijakan baru untuk Indonesia, para produsen banyak yang belum siap. Namun kami optimis dengan komunikasi, konsultasi juga fasilitasi dengan produsen, perlahan tapi pasti akan berjalan,” ujar Ujang Solihin Sidik yang ditemui Nusantarapos di acara diskusi “Kebijakan dan Aksi Pengurangan Plastik Sekali Pakai di Indonesia” di Kopi Dab, Jakarta Barat, Sabtu (13/8/2022).

Tak hanya produsen besar, Pemerintah juga akan membidik UMKM sebagai target berikutnya karena mereka juga menjadi kontributor penyumbang sampah plastik.

Namun di sisi lain, kata Ujang, Pemerintah juga siap mengapresiasi UMKM yang telah menerapkan penjualan makanan dan minuman tanpa menggunakan plastik.

“Secara aturan berlaku sama karena aturan harus fair. Dalam pelaksanaannya bahwa UMKM menjadi prioritas, tapi pemerintah akan fokus ke perusahaan besar dulu. Misalnya kedai kopi UMKM dan punya inisiatif (mengurangi sampah plastik). Satu hal yang pemerintah apresiasi, kedai kopi UMKM saja sudah mulai, bagaimana kedai kopi yang sudah besar? Harusnya lebih mampu. Kami akan dorong mereka, ” paparnya.

Di tempat sama, Owner Kopi Dab Raditya Aryo Purnomo yang juga hadir di acara tersebut menceritakan model bisnis kedai kopi miliknya yang tidak menggunakan plastik sekali pakai.

“Kalau take away kita menyewakan botol, dari sewa botol Rp 7000 dan kalau pembelinya kembali beli, bisa dikembalikan botolnya lalu bisa kami kembalikan uangnya. Memang butuh edukasi pelan-pelan karena modelnya itu, dan memang menjadi pertanyaan cukup umum (dari pembeli), tapi disitu bisa menjadi edukasi, ” terangnya.

Selain itu, Adithiyasanti Sofia selaku Communication and Programme Manager Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik juga mengatakan, “Kita harus mendukung berbagai inisiatif dan bisnis guna ulang maupun yang telah menerapkan pembatasan pemakaian plastik sekali pakai, karena perubahan butuh dukungan dan kolaborasi semua pihak, ” pungkasnya. (Arie)