Jawa Tengah, Nusantarapos.co.id – Cyber bullying atau perundungan di dunia maya dengan menggunakan teknologi digital. Hal ini dapat terjadi di media sosial, platform chatting, platform bermain game, dan ponsel.
Cyberbullying adalah perilaku agresif sekelompok orang atau individu, menggunakan media elektronik, secara berulang-ulang dari waktu ke waktu terhadap seseorang yang tujuannya untuk menakuti, membuat marah, atau mempermalukan korbannya.
Manajer Ceritasantri.id, Aina Masrurin mengatakan, menurut hasil riset Digital Civility Index pada Mei 2020 oleh Microsof, Indonesia menempati peringkat pertama sebagai Negara Paling Tidak Sopan se-Asia Pasifik dalam bermedia sosial.
Bahkan, 27% dari 503 pengguna internet mengaku pernah mengalami hate speech, 43% mengaku mendapatkan hoax atau penipuan, dan 13% merasakan tindakan diskriminasi di dunia maya.
“48% pelakunya adalah orang asing (stranger) dan dalam kurun waktu satu minggu sebanyak 24% mengalami perilaku tidak sopan di dunia digital,” kata Aina Masrurin di acara diskusi virtual bertema “Bijak Bersosmed Tanpa Cyberbullying”, Senin (10/4/2023).
Adapun bentuk cyberbullying di antaranya umpatan, hinaan, fitnah, ancaman, pencurian identitas (impersonalisasi), pengucilan, dan pelecehan seksual.
Lebih detil lagi dipaparkannya, dari 2.648 responden yang dilibatkan dalam survei, terungkap bahwa 71% cyberbullying terjadi di media sosial, 19% di aplikasi chatting, 5% game online, 1% di YouTube, dan lainnya sebanyak 4%.
Untuk memitigasi risiko kejahatan siber, khususnya terhadap anak, para orang tua agar memberikan perhatian dan melakukan komunikasi yang intensif.
“Aktifkan fitur Child Protection, ajarkan etika siber kepada anak-anak, perbanyak aktivitas luring, dan kenalkan kanal pendampingan,” ujarnya.
Lalu, bagaimana cara mengatasi cyberbullying? Yaitu meminta bantuan kepada orang yang bisa dipercaya seperti orang tua. Dan, jika terjadi di sekolah, beritahu kepada guru. “Jika terjadi di media sosial, blokir akun pelaku dan laporkan,” saran Aina.
Aina juga membagikan tips aman bermedia sosial, yaitu menyetel model akun ‘Privat’, berpikir sebelum mengunggah konten, kenali akun palsu dan blokir siapa pun yang mengganggu, lindungi identitas diri, dan jika melihat aksi bullying, simpan buktinya dan laporkan ke platform medsos.
Sementara itu, Founder Hermana Boots, Anggraini Hermana mengatakan pelaku cyber akan melakukan berbagai cara menjalani aksinya di anrtaranya melakukan Phising yang memancing calon korbannya untuk memberikan identitas dan informasi pribadi.
“Meretas ke sistem perangkat tanpa izin,” jelasnya. “Cyberstalking, mengikuti, memantau secara diam-diam, dan melakukan perundungan atau penindasan yang dilakukan secara online. Hal ini terjadi pada kolom komentar di berbagai medsos,” sambung Anggraini.
Bahkan, sampai ada yang melakukan Scam, yaitu membuat jebakan melalui pesan pribadi atau gimmick lainnya.
Dia menyarankan ada beberapa hal yang harus diterapkan saat bermedia digital yaitu aktifkan verifikasi 2 langkah pada email dan akun-akun medsos, dan aktifkan fitur notifikasinya.
“Buatlah password dengan komposisi unik dan tidak mudah ditebak, berhati-hati ketika memposting sesuatu di mesdod, dan matikan GPS jika sudah tidak diperlukan,” terangnya.
Dia juga menyarankan agar memelihara akun medsos dengan baik beserta inventorinya dan bersikap waspada ketika hendak meng-klik tautan, karena jejak digital tidak bisa dihapus.
Anggraini juga mengingatkan agar bersikap hati-hati, mampu menahan dan mengontrol diri agar kita tidak terlibat dalam cyber crime. Penting juga mengatur waktu bermedia sosial.
“Jangan mudah memasukkan data pribadi, memiliki email yang terpisah, cek kredibilitas website, hindari login dengan perangkat yang tidak dikenal, jangan melakukan transaksi dalam jaringan Wifi publik, dan mewaspadai Malware (virus, Worn, Trojan, dan sebagainya),.” sarannya.
Tips lainnya yang juga harus diterapkan saat bermedia sosial yakni mengenali dengan siapa kita berkomunikasi, pilih ‘Trusted Seller’ saat berbelanja online, pilih metode pembayaran yang aman saat bertransaksi, dan jangan pernah membagikan OTP/password.
“Aktifkan kunci pengamanan pada perangkat digital Anda. Jika diperlukan, lakukan juga terhadap setiap aplikasi-aplikasi yang bersifat pribadi dan penting,” terangnya.
Pembicara lainnya, Analis Kepegawaian Ahli Muda Kanwil Kementerian Agama Provinsi Jawa Tengah, M Nurkholis mengatakan, dalam ruang digital kita akan berinteraksi dan berkomunikasi dengan berbagai perbedaan kultural. Interaksi antar budaya dapat menciptakan standar baru tentang etika. Maka, segala aktivitas digital di ruang digital dan menggunakan media digital memerlukan etika digital.
Kata dia lagi, dalam bermedia digital diperlukan kesadaran, integritas, tanggung jawab dan kebajikan.
“Kita harus selalu menyadari bahwa kita berinteraksi dengan manusia nyata di jaringan yang lain, bukan sekedar dengan deretan karakter huruf di layar monitor, namun dengan karakter manusia sesungguhnya,” kata Nurkholis.
Mengenai penyebab terjadi bullying, lanjutnya, adalah keluarga, sekolah, faktor kelompok sebagai, dan kondisi lingkungan sosial di sekitarnya.
Nurkholis menyebutkan dampak dari praktik bullying yakni membuat korbannya tidak menghargai diri sendiri, mengalami gangguan kesehatan mental, problem kesehatan seksual, kerap mengalami mimpi buruk atau ketakutan, perilaku agresif, bahkan berujung pada kematian.
Sementara itu, dampak pada kehidupan sosial di antaranya mewariskan kekerasan, mempercayai sesuatu yang keliru, dan kualitas hidup masyarakat merosot, dan juga berdampak pada sendi-sendi kehidupan lainnya.
Bagaimana cara mengatasinya? Sekolah berkewajiban menciptakan kultur yang aman, nyaman dan sehat. Selain itu, guru dan orang tua mengajari bagaimana menyelesaikan masalah tidak dengan menggunakan kekerasan dan menanamkan nilai-nilai agama.
Sebagai informasi, berdasarkan survei Indeks Literasi Digital Nasional Indonesia yang diselenggarakan Kemenkominfo dan Katadata Insight Center pada 2021 disebutkan bahwa Indonesia masih berada dalam kategori ‘Sedang’ dengan angka 3.54 dari 5,00.
Dan, perlu diketahui, Kemenkominfo bekerja sama dengan Siberkreasi Indonesia menggelar Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD), salah satu programnya adalah #MakinCakapDigital.
Informasi mengenai literasi digital dan info kegiatan dapat diakses melalui website info.literasidigital.id, media sosial Instagram @literasidigitalkominfo, Facebook Page, dan Kanal YouTube Literasi Digital Kominfo.