Jawa Tengah, Nusantarapos.co.id -Indonesia dikenal sebagai negara dengan ragam budaya. Hal ini menjadi daya tarik tersendiri bagi turis mancanegara untuk mengetahu dan berkunjung ke Indonesia.
Indah Wenerda, dosen Ilmu Komunikasi Univeritas Ahmad Dahlan, (UAD) Yogyakarta mengatakan, mengutip We are Social Hootsuite (2022) per Februari di Indonesia terdapat 204,7 juta pengguna internet atau setara dengan 73,7% dari populasi penduduk Indonesia. Angka tersebut meningkat 2,1 juta atayu 1% dibanding tahun sebelumnya.
“Sementara, berdasarkan survei Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2018 bahwa dari tiga subindeks Indeks Pembangunan Teknologi Informasi dan Komunikasi (IP-TIK) Indonesia yaitu akses dan infrastruktur, intensitas penggunaan, dan keahlian/kecakapan, subindeks keahlian yang memiliki skor paling rendah,” kata Indah di acara diskusi virtual dengan tema “Promosikan Budaya Indonesia Melalui Konten Digital” yang diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bekerja sama dengan Siberkreasi Indonesia, Selasa (13/4/2023).
Lalu, dia memaparkan, dari 276,4 juta total penduduk Indonesia, 212,9 juta adalah pengguna internet, dan 353,8 juta orang melakukan koneksi telepon seluler.
Sedangkan, dari lama penggunaan, diketahui bahwa setiap orang menggunakan internet setiap harinya selama 7 jam 42 menit di semua perangkat. Dan, 3 jam 18 menit di antaranya digunakan untuk media sosial.
Berdasarkan data di atas tersebut, Indah mendorong agar kegiatan mepromosikan budaya Indonesia menggunakan konten digital.
Namun, Indah menyarankan sebelum berpromosi sebaiknya memahami terlebih dahulu kelebihan dan kelemahan dari setiap platform medsos.
“Misalnya Facebook, jumlah penggunanya menduduki peringkat pertama, tapi penggunanya terlalu heterogen, sehingga informasi yang muncul sangat beragam. Sedangkan Instagram jenis unggahannya terbatas gambar dan video,” jelasnya.
Untuk mempromosikan kebudayaan Indonesia, saran Indah, sebaiknya menampilkan konten-konten yang menarik. Hal itu bisa dilakukan dengan meningkatkan skill dan berkolaborasi.
“Agar dapat menciptakan konten yang menarik dibutuhkan skill. Bagaimana caranya mendesain visualnya, copywriting, editing foto, video, penulisan caption, dan pemanfaatan fitur-fitur sosmed,” ucap Indah.
Pembicara lainnya, Dr. Sadimin, S.Pd., M.Eng, Kepala Cabang Dinas Pendidikan Wilayah V Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah mengatakan, tantangan utama masyarakat modern dewasa ini adalah penggunaan internet dan media digital yang tak hanya memberikan manfaat bagi penggunanya, namun juga membuka peluang terhadap berbagai persoalan. Lemahnya budaya digital bisa memunculkan pelanggaran terhadap hak digital warga.
Dengan budaya digital, lanjut Sadimin, menjadikan nilai-nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai landasan kecakapan digital. Serta mewujudkan nilai-nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai panduan karakter dalam beraktivitas di ruang digital.
Kata dia, budaya bermedia digital merupakan kemampuan individu dalam membaca, menguraikan, membiasakan, memeriksa, dan membangun wawasan kebangsaan, nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan sehari-hari.
Selanjutnya, bagaimana caranya menjadi warga digital yang Pancasilais? Yaitu berpikir kritis, meminimalisir Unfollow, Unfriend dan Block untuk menghindari Echo Chamber dan Filter Bubble, dan bergotong royong atau berkolaborasi mengkampanyekan literasi digital.
Menurut Sadimin, jatidiri bangsa Indonesia dalam ruang budaya digital tak berbeda dengan budaya nondigital. Digitalisasi budaya memungkinkan kita mendokumentasikan kekayaan budaya. Dan digitalisasi budaya dapat menjadi peluang untuk mewujudkan kreativitas.
Adapun langka strategis yang harus dilakukan yaitu Strategi Subjektif yang meliputi membangun nasionalisme berkonsumsi dan membangun rasionalisme (logis) masyarakat Indonesia dalam membeli produk. Dan, Strategi Objektif yang meliputi peningkatan kualitas atau mutu produknya dan penetapan harga yang bersaing.
“Menjadi konsumen yang berpihak pada produk dalam negeri, sekaligus bijak mengonsumsi, adalah salah satu ekspresi kecintaan Tanah Air,” ujarnya.
“Dengan menghargai produk dalam negeri, warga digital bisa menjadi salah satu aktor yang menggerakkan perekonomian. Diperlukan pendekatan tersendiri bagi berbagai kelompok masyarakat agar sikap cinta produk dalam negeri tidak sebatas menjadi jargon kosong,” tambah Sadimin.
Sementara itu, Ari Ujianto, Pegiat Advokasi Sosial/Fasilitator Komunitas dari JALA PRT mengatakan, perkembangan teknologi informasi di dunia terus berkembang secara masif. Saat ini, pengguna Internet Indonesia mencapai 202 juta pengguna, sehingga terjadi perubahan gaya hidup menjadi serba digital, ditambah lagi faktor kemudahan dan kepraktisan dalam melakukan berbagai aktivitas yang ditawarkan, membuat semakin nyaman dan percaya dalam melakukan aktivitas keuangan digital. Namun, kata Ari lagi, diperlukan pemahaman masyarakat terkait keamanan digital.
“Keamanan digital adalah sebuah proses untuk memastikan penggunaan layanan digital, baik secara daring maupun luring dapat dilakukan secara aman. Tidak hanya untuk mengamankan data yang kita miliki melainkan juga melindungi data pribadi yang bersifat rahasia,” jelasnya.
Dipaparkannya, ruang lingkup kompetensi keamanan digital yaitu mengamankan perangkat digital, mengamankan identitas digital, mewaspadai penipuan digital, dan memahami rekam jejak digital, juga memahami keamanan digital bagi anak.
Ari pun memberikan tips melindungi data pribadi digital, yaitu pastikan keamanan dari gawai dan media digital yang Anda punya termasuk media sosial dan aplikasi perpesanan dengan menggunakan password yang kuat dan pastikan mengaktifkan 2FA (Two-Factor Authentication). Dan, selalu waspada akan tautan tak dikenal. “Jangan buka file atau tautan yang tidak dikenal yang dikirimkan lewat email, media sosial atau aplikasi chatting,” kata Ari.
Ari juga menyarankan agar jangan merespon panggilan telepon dan pesan yang ujungnya meminta data pribadi atau password/PIN.
Tips lainnya, pahami dan pastikan pengaturan privasi di setiap akun platform digital, dan selalu melakukan pembaruan perangkat lunak yang digunakan dalam gawai.
“Hindari memasukkan data pribadi yang penting saat berinteraksi dalam paltform digital dengan menggunakan wifi gratis di tempat publik,” jelasnya.
Sebagai informasi, berdasarkan survei Indeks Literasi Digital Nasional Indonesia yang diselenggarakan Kemenkominfo dan Katadata Insight Center pada 2021 disebutkan bahwa Indonesia masih berada dalam kategori ‘Sedang’ dengan angka 3.54 dari 5,00.
Dan, perlu diketahui, Kemenkominfo bekerja sama dengan Siberkreasi Indonesia menggelar Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD), salah satu programnya adalah #MakinCakapDigital.
Informasi mengenai literasi digital dan info kegiatan dapat diakses melalui website info.literasidigital.id, media sosial Instagram @literasidigitalkominfo, Facebook Page, dan Kanal YouTube Literasi Digital Kominfo.