Jawa Tengah, Nusantarapos.co.id – Individu yang cakap bermedia digital dinilai mampu mengetahui, memahami, dan menggunakan perangkat keras atau lunak dalam lanskap digital, mesin pencarian informasi, aplikasi percakapan dan media sosial, serta aplikasi dompet digital, lokapasar, dan transaksi digital.
Aina Masrurin, Manajer ceritasantri.id mengatakan ada 10 kecakapan digital untuk membuat konten positif. Pertama, cakap dalam penulisan persuasif dan pemasaran konten.
“Maksud di sini adalah mampu menulis dengan gaya yang persuasif dan menarik untuk mempengaruhi audiens agar menerima dan menyebarkan pesan positif. Ini termasuk kemampuan menulis artikel blog, posting media sosial, atau membuat konten video yang informatif, menginspirasi, dan menghibur,” kata Aina Masrurin dalam diskusi virtual bertema “Memanfaatkan Internet untuk Menyebarkan Konten Positif” yang diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bekerja sama dengan Siberkreasi Indonesia, Rabu (17/6/2023).
Cakap berikutnya adalah, cakap grafis dan desain digital, video dan multimedia. Aina menjelaskan, dalam hal ini menguasai alat-alat desain grafis dan multimedia untuk membuat konten visual yang menarik dan menggugah.
“Ini meliputi keterampilan dalam pengeditan foto, desain grafis, pembuatan infografis, dan animasi yang dapat membantu meningkatkan daya tarik dan pemahaman konten positif,” jelasnya.
Lanjut Aina, diperlukan cakap dalam mengelola medsos, yaitu mampu mengelola akun medsos dengan efektif untuk menyebarkan konten positif. Ini meliputi pemahaman tentang berbagai platform medsos, analisis audiens, penjadwalan posting, dan kemampuan berinteraksi dengan pengikut untuk membangun hubungan yang positif.
Tak kalah pentingnya, kata Aina, cakapSEO (Search Engine Optimization). Yaitu, memahami prinsip dasar SEO untuk meningkatkan visibilitas konten positif di mesin pencari.
Kata Aina lagi, ini meliputi pemahaman tentang kata ‘Kunci’, optimalisasi halaman web, penggunaan Meta Tag, dan strategi peningkatan peringkat di hasil pencarian.
Cakap-cakap lainnya yaitu cakap dan terampil berkomunikasi dan presentasi, cakap membangun jaringan dan kolaborasi, serta cakap manajemen waktu dan adaptasi terhadap tren.
Aina mengatakan, kita dapat mencapai kecakapan digital jika kita tahu dan paham ragam dan perangkat lunak yang menyusun lanskap digital.
Kecakapan tersebut memungkinkan individu untuk menciptakan dan mempromosikan konten-konten positif melalui berbagai saluran digital. Dengan adaptasi terhadap tren dan teknologi, serta manajemen waktu yang efisien, maka dapat mempengaruhi audiens dengan pesan yang kuat dan berdampak positif.
Sementara itu, Anggraini Hermana, Founder Hermana Boots mengatakan di ruang digital, kita akan bertemu dengan orang banyak dengan berbagai karakter serta melintasi keragaman geografis, kultur, serta budaya.
“Ruang digital itu sama dengan ketika kita berinteraksi sosial secara langsung, disitu berlaku norma dan etika (netiket). Segala kegiatan kita di ruang digital terpantau dan disebut dengan jejak digital,” kata Anggraini.
Menurut Anggraini, banyak ditemukannya konten-konten negatif membuat masyarakat resah. Konten-konten yang bersifat provokatif dan menggiring kita untuk menjadi haters suatu objek.
“Seperti yang mengandung SARA, curhatan di sosmed, postingan pribadi yang bersifat flexing, dan konten yang berisi ajakan untuk melakukan sesuatu yang melanggar,” jelasnya.
Dia melihat, masyarakat pada umumnya lebih banyak menghabiskan waktu sebagai viewer dan follower daripada creator, berperilaku FOMO (Fear of Missing Out) atau takut kehilangan momen, dan yang penting posting bukan posting yang penting. “Akhirnya postingan konten yang tidak mendidik pun memberikan pengaruh yang buruk pada follower-nya,” tukasnya.
Anggraini menyarankan sebelum membuat konten sebaiknya pahami etika dalam berinternet. “Perhatikan untuk siapa konten yang akan kita buat, klasifikasikan atau sesuaikan penggunaan gaya bahasanya, mana yang perlu kita amati dan yang tidak, kendalikan diri dalam menyikapi sebuah postingan dan komentar, perhatikan dampak dari apa yang akan kita posting, dan pastikan apa yang kita posting dapat menginspirasi,” kata Anggraini.
Pembicara lainnya, Sulikin, S.Pd., M.Pd, Kepala Cabang Dinas Pendidikan Wilayah XII Jawa Tengah mengatakan, digitalisasi adalah perubahan yang berhubungan dengan penerapan teknologi digital dalam semua aspek kehidupan yang ada pada masyarakat.
“Misalnya, sekolah digital adalah sebuah Lembaga pendidikan yang mengaplikasikan sistem pendidikan terdigitalisasi. Bukan hanya sistem pembelajaran saja yang terdigitalisasi, tapi juga sistem manajemen sekolahnya pun juga terdigitalisasi,” terang Sulikin.
Menurut Sulikin, konsep sekolah digital memang cukup komplek dalam penerapannya. Tapi, jika sistemnya sudah berjalan, maka proses pendidikannya akan berjalan dengan baik.
Kata Sulikin, transformasi digital mempengaruhi berbagai elemen kehidupan masyarakat, termasuk sektor pendidikan.
Program sekolah digital menjadi salah satu terobosan yang mulai diadopsi oleh sejumlah sekolah di Indonesia untuk tetap relevan dengan perkembangan zaman.
“Prinsip dasar dari Digital School Concept adalah migrasi data tradisional menuju data digital. Seluruh data yang sudah dialihkan menjadi data digital, kemudian diintegrasikan secara penuh sehingga seluruh pelaksanaan sistem pendidikan sudah berbasis pada data digital,” tuturnya.
Adapun dampak positif sekolah digital adalah mempermudah proses belajar mengajar, pengingkatan pengetahuan, peningkatan pembelajaran, dan pembelajaran dapat dilakukan di mana dan kapan pun, bahkan tanpa adanya tatap muka.
Sulikin tak memungkiri sekolah digital juga memberikan dampak negatif yaitu dapat menimbulkan rasa malas pada diri siswa, membuka peluang melakukan kecurangan, kurang fokus pada materi pembelajaran, dan keterampilan menulis berkurang.
Lalu, dia menyingunggung model pembelajaran digital. Katanya, pentingnya konten dalam pembelajaran di sekolah.
“Banyaknya media pembelajaran yang dibuat dengan menggunakan berbagai aplikasi mengharuskan guru dan siswa paham tentang Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Dengan memanfaatkan TIK berbagai media dapat dibuat dengan mudah, seperti aplikasi Anchor untuk membuat media berupa suara, aplikasi Kine Master dan Adobe Premiere Pro untuk membuat video, aplikasi Blender untuk membuat animasi dan aplikasi canva untuk membuat infografis,” paparnya.
Sebagai informasi, berdasarkan survei Indeks Literasi Digital Nasional Indonesia yang diselenggarakan Kemenkominfo dan Katadata Insight Center pada 2021 disebutkan bahwa Indonesia masih berada dalam kategori ‘Sedang’ dengan angka 3.54 dari 5,00.
Dan, perlu diketahui, Kemenkominfo bekerja sama dengan Siberkreasi Indonesia menggelar Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD), salah satu programnya adalah #MakinCakapDigital.
Informasi mengenai literasi digital dan info kegiatan dapat diakses melalui website info.literasidigital.id, media sosial Instagram @literasidigitalkominfo, Facebook Page, dan Kanal YouTube Literasi Digital Kominfo.