BUDAYA  

GP Jamu Terima Sertifikat Inskripsi warisan budaya dari UNESCO Melalui Kemendikbudristek

Komunitas GP Jamu foto bersama dengan Dirjen Kebudayaan Kemendikbudristek, Hilmar Farid usai penyerahan sertifikat inskripsi untuk jamu di kantor Kemendikbudristek.

Jakarta, NUSANTARAPOS.CO.ID – Jamu ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda dunia oleh badan PBB, UNESCO. Ini karena jamu dinilai sebagai budaya yang menyehatkan, atau Jamu Wellness Culture.

Sertifikat inskripsi warisan budaya dari UNESCO untuk Budaya Sehat Jamu, yang telah diserahkan ke Ditjen Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), kemudian diberikan ke Gabungan Pengusaha (GP) Jamu.

Dwi Ranny Pertiwi Zarman dari Komunitas GP Jamu, mengaku penetapan jamu sebagai warisan budaya tak benda dunia, merupakan penantian sejak lama.

“Ya ini luar biasa ya karena sudah ditunggu lama. Kita proses saja melalui GP Jamu itu sudah hampir 30 tahun,” ujar Dwi di sela penyerahan sertifikat inskripsi untuk jamu, kantor Kemendikbudristek, Jakarta, Kamis (25/4/2024).

Menurut Dwi, pihaknya sudah sejak lama mendorong agar jamu dijadikan warisan budaya dunia oleh UNESCO. Ia mengakui, tak mudah proses yang dilalui hingga akhirnya jamu ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda dunia. GP Jamu pun mendedikasikan penetapan UNESCO untuk seluruh bangsa Indonesia.

Dwi Ranny Pertiwi Zarman dari Komunitas GP Jamu sedang diwawancarai awak media.

“Dari awalnya memang kita yang inisiasi. Setelah berjalan ini ya memberikan pemerintah hari ini, kami menerima penghargaan ya sertifikat untuk kita, kami yang setia melakukan inisiasi,” papar Dwi.

Dwi mengungkapkan, upayanya mendorong agar jamu ditetapkan sebagai warisan budaya dunia, didukung banyak pihak. Salah satunya budayawan yang juga tokoh nasional, Jaya Suprana.

Dwi pun mengungkapkan salah satu upayanya membuat jamu diakui sebagai warisan budaya dunia. Yakni dengan membuat video yang menampilkan para penjual jamu sudah berumur. Wanita penjual jamu yang jumlahnya ratusan itu, kemudian memperlihatkan aktivitasnya seraya direkam kamera. Video untuk diserahkan ke UNESCO itu, harus benar-benar teliti, memperhatikan detail-detail.

“Video itu bukan menampilkan pengusaha jamu yang sukses-sukses itu enggak ada. Justru yang kita munculkan itu, karena ini kan warisan budaya, jadi mbok jamu yang udah tua kita cari kumpulin berapa ratus orang yang masih aktif,” jelas Dwi.

“Kalau salah sedikit aja bikin video 10 menit, mereka tolak. Ada unsur yang misalnya tidak boleh ikut kayak yang terkait listriknya enggak ada,” imbuhnya.

Dirjen Kebudayaan Kemendikbudristek, Hilmar Farid sedang diwawancarai awak media.

Lebih lanjut, Dwi mengaku ada hikmah di balik pandemi Covid-19 beberapa tahun lalu. Sebab gara-gara kondisi itu, semakin banyak orang minum jamu. Bahkan, wisatawan asing menurutnya saat ini juga banyak yang turut meminum jamu. Atas itu, ia berharap upaya memperkenalkan dan melestarikan budaya minum jamu secara lebih luas, terus dilakukan semua pihak.

“Bagaimana ada kurikulum jamu mulai dari SD sampai ke prodi universitas. Ini penting. Kita jangan nunggu sakit baru berobat, tapi cegah lah penyakit itu sebelum terjadi dengan bahan alam,” jelas dia.

Sementara Dirjen Kebudayaan Kemendikbudristek, Hilmar Farid mengaku bangga budaya Indonesia diakui sebagai budaya dunia. Ia berharap capaian ini tidak hanya berhenti sampai di situ.

“Setelah ditetapkan sebagai warisan dunia oleh UNESCO, selain bangga, kita juga punya tugas untuk terus melestarikan warisan ini sebagai kontribusi Indonesia untuk peradaban dunia,” tandas Hilmar.