Jakarta, NusantaraPos – Ketua Gerakan Umat Islam Indonesia (GUII), Habib Abdurrahman Assegaf prihatin dengan perpecahan di masyarakat akibat pemilu. Khususnya akibat pilihan politik yang berbeda di Pemilu Presiden (Pilpres) 2019.
“Akhir-akhir ini karena beda pilihan pertemanan bisa lepas. Padahal seluruhnya kita bersaudara,” ujar Abdurrahman di Jakarta, Senin (18/2/2019).
Ia menyesalkan dampak negatif pemilu yang merusak persatuan dan kesatuan bangsa. Padahal, kata dia, seharusnya hubungan sesama umat dan anak bangsa tak hancur karena kepentingan politik sesaat. Karenanya, menyikapi hal itu ia mengajak seluruh pihak menyukseskan pemilu dengan cara-cara yang menyejukkan.
“Saya mengimbau kepada seluruh anak bangsa yang berbeda pilihan, pilihan ini dalam rangka memenuhi demokrasi dan tiap lima tahunan, pemilu ini harus damai,” tuturnya.
Ia pun mendukung seluruh pihak terutama aparat kepolisian dan TNI, guna menyukseskan pemilu. Ia meminta aparat penegak hukum menjalankan tugasnya secara tegas, tanpa tebang pilih.
Adapun upaya lainnya agar pemilu berjalan lancar dan damai, kata Abdurrahman, ialah dengan tidak memproduksi dan menyebar hoaks. Menurut dia, membuat serta menyebarkan informasi bohong dilarang oleh agama, terlebih Islam.
“Perbuatan hoaks adalah perbuatan yang dilarang oleh agama, artinya kalau mengaku beriman, enggak boleh menciptakan hoaks,” kata dia.
Abdurrahman juga mengecam penyampaian ujaran kebencian. Karena perbuatan itu bisa melukai perasaan orang lain, khususnya yang dirugikan. Ia juga menolak politisasi suku, agama, ras dan antargolongan (SARA), serta politik uang. Sebab cara-cara tersebut diyakini merusak kualitas demokrasi.
“Islam tidak pernah mengajarkan ujaran kebencian. Kita ini bersaudara tidak boleh menyakiti saudara kita. Maka dari itu enggak boleh ada juga ujaran kebencian. Tidak boleh mengeluarkan kalimat-kalimat yang menjadikan orang sakit hati. Soal politisasi SARA, harus kita pahami bahwa ideologi bangsa kita sudah final,” tandas pria yang pernah jadi guru spritual almarhum Julia Perez. (RK)