Melalui Madrasah Deradikalisasi, Upaya FPII Lawan Teroris

JAKARTA, NUSANTARAPOS – Sebagai upaya melawan terorisme, Front Pemuda Islam Indonesia (FPII) kembali menggelar kegiatan Madrasah Deradikalisasi gelombang ke 3, pada 3-4 Desember 2021, di Jakarta.

Sebelumnya, kegiatan serupa juga telah dilaksanakan, untuk gelombang 1 digelar pada 27-29 Oktober dan gelombang 2 pada 12-13 November 2021.

Acara yang digelar selama 2 hari itu mengusung tema, Radikalisme & Terorisme Menyusup Ke Majelis Ulama Indonesia (MUI), dengan narasumber AKBP Kurnia Wijaya, Direktur Identifikasi dan Sosialisasi Densus 88 Anti Teror (DIT IDENSOS DENSUS 88 AT) Mabes Polri.

“Kecolongankah? penyusupan gerakan terorisme ke berbagai lembaga ini telah lama dilakukan dan bukan hanya di MUI, bahkan juga masuk mencoba merekrut oknum anggota Polri seperti kasus Sofyan Tsauri,” kata AKBP Kurnia Jaya, dalam paparannya, di Jakarta, Sabtu (4/12/2021).

Pihaknya menyebut, penyusupan ke berbagai lembaga ini terutama dilakukan oleh kelompok teror dari Jamaah Islamiyah (JI). Ia mencontohkan, seperti kasus Ahmad Zain An-Najah, oknum MUI baru-baru ini dan kasus Sofyan Tsauri yang semuanya dari JI.

“Jadi, jangankan MUI atau BUMN, aparat penegak hukum pun bisa saja terpapar radikalisme. Maka inisiatif masyarakat untuk ikut melawan gerakan teror ini seperti yang dilakukan FPII, kami sangat bangga karena biar para teroris itu tau bahwa tidak hanya Polri yang memberantas terorisme, tapi masyarakat juga ikut mendukung,” tegas AKBP Kurnia.

Di kesempatan yang sama, Natsir Sekretaris Jenderal FPII mengatakan, pihaknya melakukan kampanye edukasi secara terbuka melalui semua platform media sosial selama periode Oktober hingga Desember 2021.

Kampanye edukasi tersebut tentang bahaya radikalisme, terorisme, dengan pendekatan milenial melalui flayer, meme, video pendek untuk melawan infiltrasi gerakan radikal dan teror yang kini menyebar di segala lini, terutama setelah terbongkarnya kasus oknum MUI.

“Pendekatan yang kami ambil lebih milenial, agar lebih mudah dipahami anak muda terkait bahaya radikalisme dan terorisme ini. Karena anak muda ini yang banyak disasar oleh gerakan radikal untuk merekrut kader terutama lewat media sosial,” urai Natsir.

Selain itu, FPII juga akan konsisten dan fokus untuk program Madrasah Deradikalisasi itu, yang akan diperluas kegiatannya hingga ke daerah-daerah, sesuai hasil Rapat Kerja Nasional (Rakernas) FPII 2021 dan juga edukasi di medsos akan terus dilakukan.

Menurut Natsir, di era media sosial terutama generasi milenial sangat mudah mendapat informasi melalui handphone, baik informasi tentang ide maupun gagasan radikal yang dibungkus seolah-olah membela Islam, tetapi pada faktanya semua manipulasi tujuan politik, seperti dilakukan kelompok JI di Indonesia.

“Kami menyadari ustadz Zain An-Najah itu senior kami juga di Dewan Dakwah, kami ikut prihatin atas kejadian ini. Tapi kami juga ikut bahagia, senior kami yang lain seperti Ustadz Syamsuddin Uba, ex ISIS Indonesia mulai kembali ke tengah masyarakat,” ungkapnya.

Natsir menambahkan, pihaknya berencana akan kembali menggelar dialog nasional berjudul ‘ HAM Perspektif Ex ISIS Indonesia’ pada 10 Desember mendatang, yang bertepatan dengan hari HAM.

Penulis: MARSEditor: SIGIT