Kampanyekan Cermat Bermain Medsos, Kemenkominfo Gandeng 3 Pakar

Jawa Tengah, Nusantarapos.co.id – Bermedia sosial sudah menjadi kebudayaan manusia saat ini. Namun, diperlukan kecermatan dalam bermedia sosial agar tidak menimbulkan dampak yang tidak baik bagi penggunanya.

Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bekerja sama dengan Siberkreasi Indonesia menggelar diskusi bertema “Cermat Bermain Media Sosial” yang merupakan bagian dari Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD).

Dihadirkan tiga pembicara yakni Ridwan Muzir seorang peneliti sosial budaya dan pengasuh tarbiyahislamiyah.id, Anggraini Hermana yang merupakan Founder Hermana Boots & Education Praticioner, juga TrainerDigital Entrepreneurship Academy Kominfo, dan Trisno Sakti Herwanto, S.I.P., MPA dari Pandu Digital Badge Merah yang juga dosen dan Ketua Program Pendidikan Ilmu Administrasi Publik FISIP UNPAR, serta Pengurus DPP Indonesian Association for Public Administration (IAPA).

Dalam pemaparannya, Ridwan Muzir awalnya memaparkan individu yang cakap bermedia digital akan mampu mengetahui, memahami, dan menggunakan perangkat keras dan lunak dalam lanskap digital, seperti mesin pencarian informasi, aplikasi percakapan dan media sosial, serta aplikasi dompet digital, lokapasar, dan transaksi digital.

Lalu, dia menjelaskan pengertian media sosial yaitu teknologi interaktif berbasis komputer dan jaringan yang memfasilitasi penciptaan dan penyebara informasi, ide, minat, bakat, karya dan bentuk-bentuk ekspresi lainnya melalui komunitas dan jaringan virtual.
“Ciri-ciri media sosial bersifat interaktif, memfasilitasi interaksi sesama penggunanya,” kata Ridwan.

Ridwan menjelaskan, adapun konten-konten yang ditampilkan di media sosial dibuat oleh penggunanya (user-generated content) dan penggunanya membangun profilnya sendiri, sehingga melahirkan jaringan sosial virtual.

Selanjutnya Ridwan memberikan tips agar cermat bermain media sosial yaitu cakap dalam mengakses konten.
“Yang dimaksud cakap dalam mengakses konten yaitu mampu mengoperasikan dan mendapatkan informasi dari medsos,” terangnya.

Tips lainnya, kritis dalam mencerna konten dan bijak menilai serta mengevaluasi suatu konten.
Tips berikutnya, kreatif memproduksi konten. Selanjutnya, jeli dalam mendistribusikan konten. Terakhir, cakap berkolaborasi dalam jaringan. Kata Ridwan, kreatif dan produktif bukan berarti harus sendirian.

Ridwan menjelaskan, tujuan dari cermat dalam bermain medsos adalah agar interkasi di medsos menghasilkan kebaikan untuk diri sendiri maupun orang lain. Selain itu, akan menciptakan kekritisan. Dengan begitu akan terhindari dari perbuatan yang tidak baik seperti penyebaran konten hoax, pornografi, kekerasan dan tindak pidana penipuan.

“Diharapkan juga, medsos menjadi ajang kerja sama, bukan kompetisi yang saling mematikan. Dengan begitu, teknologi akan memberikan keberkahan dan melahirkan ekosistem digital yang sehat,” tuturnya.

Sementara itu, Anggraini Hermana mengatakan, budaya berdigital yang berlandaskan Pancasila yaitu mengutamakan persatuan dan kesatuan dalam penyelenggaraan kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat dalam kehidupan sehari-hari.

Dia menyebutkan, masyarakat memiliki beberapa hak-hak digital yaitu mengakses (right to acces), berekspresi (right to express), dan merasa aman (right on safety).

Anggraini mengingatkan banyaknya budaya luar yang masuk melalui media sosial dapat mengakibatkan hilangnya budaya Indonesia dan mengikis sikap sopan santun, hingga hilangnya kepekaan penggunanya.

Dia menegaskan, alasan kebebasan berekspresi yang berdampak pada berkurang toleransi terhadap perbedaan tidak dapat dibenarkan. “Begitu juga terhadap pelanggaran hak-hak privasi, pelanggaran hak cipta dan karya intelektual, serta maraknya plagiarism,” ujarnya.
Dia pun menyindir orang-orang yang berlomba ingin tampil di media sosial tapi tidak paham budaya.

Meski begitu, dia menyarankan sebaiknya budaya luar dijadikan sebagai refrensi dan diterapkan pada sisi positifnya, lalu disajikan dengan cara kita sendiri. “Sikap dan perilaku di media digital mencerminkan kepribadian kita,” imbuhnya. “Kita terapkan cara ATM saja. Amati, Tiru, dan Modifikasi. Nyonteknya jangan persis,” sambungnya.

Anggraini menyebutkan, media sosial sebagai alat untuk mempromosikan dan menggalakkan gerakan cinta dan bangga produk dalam negeri, juga sebagai alat gerakan sosial.

Trisno Sakti Herwanto dari Pandu Digital Badge Merah mengatakan, dalam ruang digital kita akan berinteraksi dan berkomunikasi dengan berbagai perbedaan kultural. Interaksi antar budaya dapat menciptakan standar baru tentang etika.

Menurutnya, dengan media digital setiap warganet dapat berpartisipasi dalam berbagai hubungan dengan banyak orang, melintasi geografis dan budaya. Mereka dengan berbagai cara membangun hubungan lebih jauh dan berkolaborasi dengan orang lain. Maka segala aktivitas digital di ruang digital dan menggunakan media sosial memerlukan etika digital.
Dia pun menjabarkan etika adalah sistem nilai dan norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau sekelompok orang dalam mengatur tingkah lakunya. Sedangkan, etiket adalah tata cara individu berinteraksi dengan individu lain atau dalam masyarakat.

Kesimpulannya, kata Trisno, internet adalah anugerah, tetapi bisa menjadi bencana manakala teknologi mengendalikan manusia. Etika hadir untuk mengingatkan kembali hakikat teknologi sebagai anugerah bagi manusia.

“Etika digital ditawarkan sebagai pedoman menggunakan berbagai platform digital secara sadar, bertanggung jawab, berintegritas, dan menjunjung nilai-nilai kebajikan antar insan dalam menghadirkan diri, berinteraksi, dan berkolaborasi dengan menggunakan media digital.

Sebagai informasi, adapun informasi lebih lanjut mengenai literasi digital dan info kegiatan dapat diakses melalui website info.literasidigital.id, media sosial Instagram @literasidigitalkominfo, Facebook Page, dan Kanal YouTube Literasi Digital Kominfo.