Pentingnya Alutsista untuk Menjaga Pertahanan Negara

Dr. Diah Sulistyani Muladi Calon Anggota Legislatif (Caleg) Dewan Perwakilan Rakyat Indonesia (DPR RI) nomor urut 3 Partai Golkar Dapil 1 Jateng dan peragaan alutsista.

Jakarta, NUSANTARAPOS.CO.ID – Dr. Diah Sulistyani Muladi Calon Anggota Legislatif (Caleg) Dewan Perwakilan Rakyat Indonesia (DPR RI) nomor urut 3 Partai Golkar Dapil 1 Jateng yang juga Alumni PPSA 17 Lemhannas RI mengomentari pentingnya Alat Utama Sistem Senjata Tentara Nasional Indonesia (Alutsista) bagi pertahanan negara.

Menurut Diah Sulistyani Muladi demi menjaga kekuatan NKRI, memang diperlukan adanya kekuatan alutsista kita. Kita sebagai negara kepulauan yang luas tentunya mendapat sorotan dari pihak asing, sehingga kita harus pandai menjaga informasi apapun tentang NKRI.

“Pertahanan negara kita sudah dipersiapan kekuatannya oleh TNI. Sebagai early warning system tentunya kita sudah waspada berbagai hal yang dapat merongrong pertahanan negara,” katanya melalui siaran pers Minggu, (14/1/2024).

Lanjut Listy sapaan akrab Diah Sulistyani Muladi mengatakan yang tidak boleh dilupakan adalah ‘transfer of technology’ dalam pembelian alutsista tersebut untuk kemajuan industri strategis domestik.

“Dengan demikian kita juga harus sadar sepenuhnya bahwa disamping kemungkinan terjadinya perang yang bersifat simetrik dengan dominasi keunggulan teknologi, kita juga harus selalu siap menghadapi perang asimetrik,” ujarnya.

Listy menjelaskan Indonesia sangat berkepentingan untuk menghayati perang asimetrik, karena postur Negara kepulauan yang sangat rawan terhadap infiltrasi, masyarakat yang extrapluralistik, konsolidasi demokrasi yang belum tuntas dan pengaruh globalisasi yang multidimensional (politik, ekonomi, sosial, budaya dan keamanan) baik yang bersifat positif maupun negatif.

“Belum lagi krisis penghayatan terhadap karakter nasional (4 pilar) di kalangan generasi muda yang dapat mempengaruhi persatuan dan kesatuan nasional,” terangnya.

Listy mengungkapkan bentuk perang gerilya dan di era modern pasti akan menampakkan dirinya dalam bentuk yang lebih canggih sehubungan dengan kemajuan di bidang teknologi informasi dan komunikasi modern serta persenjataan (ingat Generasi IV Perang dan “digital-warfare”).

“Digital warfare or digital Pearl Harbor” sangat dimungkinkan sebab seperti di AS semua kelembagaan di AS yang sangat kuat dan bisa berfungsi karena jaringan system SCADA (Supervisory Control and Data Acquisition ).

“Sistem ini antara lain melalui internet mengendalikan bangunan-bangunan dan pabrik nuklir, kimia, pipa gas, bendungan, jaringan kereta api, air minum, penerbangan (air traffic control), jaringan transportasi metropolitan , perbankan, dan lain-lain,” tuturnya.

Listy menambahkan yang harus dilindungi saat ini jaringan tersebut sebagian besar dikendalikan oleh orang-orang sipil yang harus diberi kesadaran terhadap bahaya kemanan dan pertahanan dari kemungkinan intersepsi “hackers” yang dapat masuk dalam data mereka.

Penggunaan “cyber viruses and false commands” dapat menghancurkan segalanya.

Listy menjelaskan bahaya asimetrik yang bersifat sosial politik terhadap “human security” baik individual, kelompok maupun masyarakat misalnya terorisme, akan sekaligus dianggap sebagai perang asimetrik apabila targetnya adalah Negara sebagai keseluruhan atau “state centric security”.

“Menhan Prabowo sudah benar, untuk tidak menjawab secara gegabah terhadap pertanyaan-pertanyaan yang dapat merugikan NKRI. Semoga kita damai untuk NKRI,” pungkas putri mantan Menteri Kehakiman dan Sekretaris Negara itu.

Penulis: HariEditor: Hari