BISNIS  

Barantan Berikan Keterangan Temuan Kematian Sapi Asal Australia dalam Perjalanan Laut Menuju Indonesia

Nusantarapos.co.id, Jakarta – Badan Karantina Pertanian (Barantan) telah memberikan keterangan terkait temuan kematian sapi asal Australia dalam perjalanan laut menuju Indonesia.

Temuan ini mencakup kematian ratusan ekor sapi selama proses pengangkutan, serta upaya-upaya yang diambil oleh Barantan untuk menginvestigasi penyebab kematian dan menerapkan langkah-langkah pencegahan yang diperlukan.

Langkah-langkah ini mencakup penangguhan sementara terhadap fasilitas pengirim hewan tertentu serta kerja sama dengan pihak terkait di Australia untuk memastikan bahwa standar kesejahteraan hewan diikuti pencegahan dengan ketat dalam proses pengangkutan hewan tersebut.

Kematian ratusan sapi dalam perjalanan laut ke Indonesia adalah kejadian yang mengkhawatirkan. Ini menyoroti pentingnya penegakan standar yang ketat dalam pengangkutan hewan untuk memastikan kesejahteraan mereka selama perjalanan.

Penting untuk mengungkapkan keprihatinan atas kematian sapi selama perjalanan laut ke Indonesia. Namun, kekurangjelasan dalam mengonfirmasi jumlah kematian sapi oleh Departemen Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan Australia menunjukkan perlunya transparansi dan akuntabilitas dalam penanganan kasus semacam ini.

Masyarakat berhak mengetahui informasi yang akurat dan lengkap terkait insiden tersebut agar tindakan yang tepat dapat diambil untuk mencegah kejadian serupa di masa depan.

Dalam hal ini, Plt. Deputi Karantina Hewan, Badan Karantina (Barantan) Indonesia drh. Wisnu Wasisa Putra, MP memberikan keterangan bahwa masuknya sapi asal Australia dengan menggunakan kapal MV Brahman Express yang tujuannya Lampung sebanyak 939 ekor sapi merupakan informasi yang penting untuk dipantau dalam konteks keamanan dan kesejahteraan hewan serta pengawasan karantina.

“Langkah-langkah pengawasan dan pemantauan yang ketat diperlukan untuk memastikan bahwa hewan-hewan ini diperlakukan dengan baik selama perjalanan dan setelahnya, ucap Wisnu.

“Kematian satu ekor sapi akibat patah tulang pada 23 Maret 2024 menyebabkan jumlah total sapi yang ditujukan ke Lampung menjadi 938 ekor,” ujar Wisnu saat dijumpai media di gedung E Kementan, Kamis (28/3/2024).

“Hal ini menunjukkan pentingnya pemantauan kesehatan dan kesejahteraan hewan selama perjalanan untuk mencegah insiden serupa di masa depan,” ucapnya.

Wisnu mengatakan, kabar baiknya bahwa sapi lainnya dalam keadaan sehat dan tidak ada kematian sejak pertama masuk Instalasi Karantina Hewan (IKH) pada 20 Maret 2024 sampai saat ini, ini menunjukkan efektivitas dari tindakan pengawasan dan perawatan yang dilakukan di IKH.

Sambungnya, kedatangan sapi untuk tujuan Sumatera Utara dengan kapal yang bersandar dan melakukan bongkar muat pada 24 Maret 2024 dengan jumlah sebanyak 2.393 ekor sapi menunjukkan pentingnya koordinasi dan pengawasan yang efektif dalam proses pengangkutan hewan.

Wisnu menyebut, Kabar tentang kematian 8 ekor sapi di kapal dari total 2.393 ekor sapi yang ditujukan ke Sumatera Utara adalah berita yang mengkhawatirkan. Total sapi yang masuk IKH sejumlah 2.385 ekor.

Lanjut Wisnu, penting untuk segera melakukan investigasi menyeluruh untuk memahami penyebab kematian sapi tersebut dan mengambil langkah-langkah perbaikan yang diperlukan dalam proses pengangkutan hewan di masa depan.

“Langkah-langkah pengawasan dan perawatan yang lebih ketat harus diimplementasikan untuk melindungi kesejahteraan hewan selama perjalanan laut,” sebut Wisnu.

Lebih jauh diungkapkan Wisnu, kematian 1 ekor sapi pada tanggal 27 Maret 2024 setelah masuk Instalasi Karantina Hewan (IKH) dengan gejala klinis kejang adalah hal yang memprihatinkan.

Pentingnya pengambilan sampel untuk uji botulisme oleh Balai Besar Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan Sumatera Utara (BBKHIT Sumut) menunjukkan upaya untuk memahami penyebab kematian dan mencegah penyebaran penyakit yang mungkin terjadi.

Kerja sama antara Balai Besar Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan Sumatera Utara (BBKHIT Sumut) dengan Balai Veteriner (BVet) Medan untuk pengujian adalah langkah yang penting dalam memastikan kesehatan hewan dan mencegah penyebaran penyakit.

Pengujian yang memakan waktu 5-7 hari akan memberikan hasil yang lebih akurat dan memungkinkan penanganan yang tepat jika ditemukan penyakit atau masalah kesehatan lainnya.

Penyakit yang disebabkan oleh toksin dari bakteri gram positif Clostridium botulinum memang serius dan dapat mengancam kesehatan hewan.

Cemaran pakan dan minum ternak merupakan faktor risiko yang potensial dalam penyebaran penyakit ini.

Oleh karena itu, langkah-langkah pencegahan seperti kebersihan yang ketat dan pengawasan terhadap sumber pakan dan minum sangat penting untuk mencegah infeksi dan menjaga kesehatan hewan ternak.

Penyakit botulisme yang disebabkan oleh Clostridium botulinum dapat mengakibatkan kematian pada sapi dengan gejala klinis berupa lumpuh akibat gangguan syaraf atau paralysis.

Meskipun penyakit ini bukan termasuk dalam kategori Hama Penyakit Hewan Karantina (HPHK), namun tetap merupakan ancaman serius terhadap kesehatan dan kesejahteraan hewan ternak.

Oleh karena itu, penanganan yang cepat dan tepat serta langkah-langkah pencegahan yang efektif sangat penting dalam mengendalikan penyebaran penyakit ini.

Pemberlakuan penangguhan sementara terhadap Registered Premises LAE 304 di Northern Territory Australia sebagai akibat dari kejadian ini adalah langkah yang wajar dan penting dalam menjaga keamanan dan kesejahteraan hewan serta mencegah penyebaran penyakit yang mungkin terjadi.

Penangguhan tersebut memungkinkan untuk dilakukan evaluasi menyeluruh terhadap kejadian tersebut dan pengambilan langkah-langkah perbaikan yang diperlukan sebelum kegiatan ekspor dilanjutkan.

Langkah ini menunjukkan komitmen untuk memastikan bahwa standar yang ketat diikuti untuk melindungi hewan dan masyarakat. (Guffe).