DAERAH  

Bakal Calon Bupati Pacitan 2020-2025 Menurut Generasi Milenial

Nusantarapos,-Jumlah pemilih usia milenial di Pacitan lumayan cukup besar dan signifikan. Mereka yang terlahir di tahun 2002-1990 an merupakan penduduk usia produktif dan sangat terbiasa dengan kehidupan digital dan global. Cara berpikir dan pandangan dunia mereka sangat berbeda dengan generasi sebelumnya. Cara mereka mempelajari dan memperoleh informasi pun lebih banyak dari dunia maya dan media sosial. Jumlah mereka kurang lebih antara 25-30 % dari keseluruhan pemilih Pacitan.

Dari kenyataan di atas, para bakal calon bupati Pacitan sudah sepantasnya mendekati mereka dengan sudut pandang dan persepsi mereka.

Para pemilih pemula, mahasiswa dan para sarjana atau pekerja usia produktif itulah yang masuk kategori pemilih milenial. Preferensi pilihan mereka tentu sangat dipengaruhi oleh cara mereka memperoleh informasi yaitu dunia maya atau media sosial. Meskipun untuk kasus daerah Pacitan coverage jaringan internet belum seratus persen merata.

Naila el-Fuad misalnya, mahasiswi IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang beralamat di Bleber, Sidoharjo Pacitan menyatakan kepada NusantaraPos, “Bupati Pacitan ke depan harus familiar dengan pola komunikasi era milenial dalam pengertian fungsional. Bukan symbolik dan karitatif. Artinya, interaksi dengan masyarakat melalui internet harus menjadi cara utama merumuskan solusi atas berbagai problem dan masalah masyarakat Pacitan.”

Sedangkan pemilih pemula, Ahmedayevikramullahirubba, pelajar yang baru saja naik kelas XII Madrasah Aliyah dan beralamat di Bangunsari itu, saat ditanya tentang calon bupati mengatakan, “Harus bersemangat muda. Mengerti tantangan tantangan milenial dan punya konsep menjawab tantangan itu.” Vikram, demikian remaja dengan postur tegap itu biasa dipanggil, adalah aktifis di sekolahnya.

Tidak mengherankan bila di usia remajanya itu ia mampu bersuara kritis. “Kalau tidak mau tersisih dari panggung peradaban di tengah persaingan global, maka kita harus mencari pemimpin yang punya visi dan berpikir out of box. Calon bupati kedepan seharusnya belajar dari pengalaman pemimpin sebelumnya yang nyaris auto pilot,” tambahnya.

Lebih lanjut Vikram siap secara aktif menyuarakan aspirasi kaum milenial. “Jika calon bupati tidak bisa memberikan tawaran solusi atas problem para milenial, ya good by ajah …. Problem itu misalnya, cara berinteraksi sosial, tantangan narkoba dan moralitas dan teknologi informasi serta lapangan kerja. Minimal itu lah masalah utama generasi milenial yang menjadi tantangan balon bupati kedepan.”

Ditanya tentang nama yang mereka akan pilih Naila dan Vikram belum punya gambaran. “Baru sebatas dengar atau baca di media online. Belum utuh, visi atau visi mereka,” jawab Naila. “Ya, kurang lebih sama. Seperti itu,” imbuh Vikram. (El_Bach)