DAERAH  

Rohidin Mersyah: Kesamaan Pengikat, Ayo Bangun Negeri Belanjasumba

BENGKULU, NUSANTARAPOS – Dr. drh. H. Rohidin Mersyah M.M.A selaku Gubernur Bengkulu dalam sambutannya mengatakan bahwa kenapa kita sampai diikat dengan TP Sriwijaya, tadi disinggung Sudirman pertama jarak itu menyatukan kita mulai dari sejarah kerajaan Sriwijaya, jaman kemerdekaan dengan adanya Tentara Pelajar diawal kemerdekaan, kemudian bertransformasi menjadi TP Sriwijaya. Rasa kebersamaan histori itu menguatkan kita mengikat sebagai satu keluarga.

“Dari sisi administrasi pemerintahan kenegaraan, TP Sriwijaya yang sekarang kita ikat menjadi sebuah organisasi, historinya juga satu. yaitu Sumatera Bagian Selatan (Sumbagsel). Sekali lagi histori ini yang harus mengikat kita, rasanya tidak ada pembeda dari lima provinsi yang ada. Nanti kalau berkembang ya kita tambah lagi, tapi historinya pun tak akan berubah,” ujarnya saat memberikan sambutan di Hotel Mercure Bengkulu, Sabtu (16/7/2022).

Dikatakannya, yang kedua mengikat kita adalah kesatuan wilayah. Lima provinsi ini wilayahnya sesungguhnya berinterakrif, bersinergi, terkoneksi dengan baik. Ditengahnya itu ada pengikatnya yaitu Taman Nasional Bukit Barisan dan dilanjutkan Taman Nasional Kerinci Sebelas yang berada di Sumatera Bagian Selatan. Ini menjadi belived dunia dibawah pengelolaan Unesco.

“Orang mengakui ini alam luar biasa dimana wilayah geografinya diwilayah Sumbagsel yang memilikinya itu lima provinsi tersebut, ini yang mengikat kita secara geografi,” ucapnya.

Selanjutnya yang mengikat kita, menurutnya adalah Nilai Nilai Budaya. Boleh diperhatikan dan dirasakan budaya mulai Jambi, Bengkulu, Lampung, Sumsel dan Bangka Belitung pertama bahasa. Itu budaya yang tertinggi dalam suatu komunitas itu adalah bahasa.

“Secara keseluruhan banyak kesamaan walaupun ada bedanya. Tapi kalau orang Jambi bicara orang Lampung itu mengerti. Kalau orang Lampung bicara, orang Palembang juga tahu. Artinya kesamaan bahasa itu besar walaupun dari sisi dialeg itu beda-beda. Artinya budaya kita itu satu rumpun,” ujarnya.

Lebih jauh diungkapkan Gubernur Bengkulu, Kesamaan Lain itu adalah Makanan. Makanan utama menunya itu ada kesamaan. Menu menu utamanya tak ada bedanya. Saat dijamu di Jambi menunya hampir sama.

Selanjutnya kesamaan lain adalah kostum pakaian adat. Perhatikan Sumbagsel ini dari sisi ornamennya itu banyak sama, pernak perniknya itu mirip, elegansinya juga sama.

Dengan kesamaan ini tidak ada alasan untuk tidak kita saling memperkuat menyatukan satu sama lain dalam ikatan moment literature pengikat sejarah.

Kalau sudah merasa terikat seperti itu, apa yang akan kita lakukan agar lebih kuat, tujuannya tadi tercapai. Ayo bangun Belanjasumba. Kalau dalam bentuk fragmatis kekinian itu sillaturrahiim, penokohan, saling kenal. Itu dalam bentuk kedekatan emosional.

Lebih dari itu saya coba mendesign, saat rapat gubernur Sumbagsel di Jakarta pada waktu bulan puasa menyampaikan. Bengkulu saya katakan berada pada posisi pesisir Barat Samudera Hindia dimana sisi Timurnya Taman Nasional. Saya sebagai orang Bengkulu sebagai pemegang pengendali pemerintahan ingin menyatukan karena saya tahu sejarahnya, geografinya, budayanya. Saya sampaikan kepada Gubernur Sumbagsel ayo kita ikat, Kita satukan geografinya, maka konektifitas itu menjadi kebutuhan bagi lima provinsi ini. Ayo kita gagas!. Jadi Bangka Belitung itu jembatannya Sumbagsel, Sumatera Selatan masuk ke Indralaya Palembang, Pakumulih Lubuk Linggau keluar ke Bengkulu ada Pulau Baai. Ini sekarang yang kita gagas.

Saya rapat khusus tiga kali pada Menko perekonomian menyampaikan konsepsi konektivitas trigonal wilayah barat khusunya Sumbagsel. akhirnya Menteri setuju maka di bangunlah pintu tol pertama dari Bengkulu ke Lubuk Linggau.

Ini sebenarnya ide besarnya agar antara Timur dengan Barat itu terhubung, kemajuan selat Malaka dan kepadatan pelayarannya diimbangi dengan tol laut Samudera Hindia. Ini berfikirnya 20-30 tahun yang akan datang, padahal ini sudah digagas pada waktu kerajaan Sriwijaya dengan adanya benteng Marlboro pada jaman penjajahan Inggris di Bengkulu. Itu pintu outlet utama di Sumbangsel menghadap Samudera Hindia.

Maka konektifitas itu harus, Saya katakan ini bukan kepentingan Bengkulu. Jangan dilihat yang bicara gubernur Bengkulu seolah-olah membela Bengkulu, dikatakannya itu bukan.
Ini wilayah Sumbagsel.

Alhamdulillah dalam re intra nasional kita masuk dan kita dukung bersama sama. 2020 awal yang lalu saya roadshow saya temui gubernur Jambi, kita konektivitaskan lah Bengkulu lewat darat. Yang pertama kita tingkatkan menjadi jalan nasional mulai dari Jalan Tanjung Timan Muara Taung, Air tembok Sumatera Selatan Bukit Timur kita tingkatkan jalannya dan sedang proses. Saya minta dukungan TP Sriwijaya dalam hal ini.

Kalau itu terhubung maka kawasan kawasan bukit timur, batu raja dan sekitarya itu juga akan menghadap ke Samudera Hindia dan itu ada pelabuhan Linau yang kami butuhkan. Itu menjadi konektivitas wilayah terkait dengan geografi. Sekarang sedang dikerjakan oleh Pangdam Sriwijaya oleh Korem 041 Gama Bengkulu.

Kita mau mengkonektifitaskan kawasan Sukaraja tembus ke air Selintar Empat Selawak yang sedang dikerjakan dan tinggal 2 kilometer laginakan rampung. Sekarang Empat Selawak 8-9 jam. Nanti jalan ini akan tembus ke Bengkulu akan tempuh waktu yang ditempuh 1 – 1,5 jam.

Ini konektifitas wilayah dari sisi geografis dikerjakan. Saya bekerjasama, kesepakatan dan pinjam kawasan hutan ini terbukti. Dua lagi menghubungkan antara Lebong yang merupakan kantongnya Bengkulu dengan Merangi. Sudah ada satu desa perbatasan Merangi dengan Bengkulu aksesnya jauh sekali dengan perbatasan. Ini menghubungkan antara Merangi dengan Kabupaten Lebong. Terakhir Moko Moko dengan Kerinci

Kalau enam pintu tol ini terhubung ke kawasan Timur dan Barat maka Bengkulu ini bisa menjadi Teras Baranda Sumbagsel menghadap Samudera Hindia, polanya seperti itu. Kepadatan Selat Malaka akan berkurang karena resiko pengamanan dunia internasional akan mahal nantinya. Itu akan membuat transportasi pengiriman barang akan murah.

Ini yang saya katakan konektifitas geografi harus dibangun dan ini kepentingan Sumbagsel. Jangan lagi munculkan ego merasa kabupaten lebih besar dan lebih maju. Berfikirnya Sumbagsel yang historinya ada.

Saya kira Ketum TP Sriwijaya dan Srikandi TP Sriwijaya tidak sulit mewujudkan itu. Sama sama, kami ikut dukung, ikut perjuangkan dan memfasilitasi sesuai dengan kondisi daerah masing masing.

Itu poin arahan saya, mudah-mudahan ini menjadi penguat spirit seperti semangat lagu Srikandi TP Sriwijaya berisi menciptakan kedamaian dan menyebar kebaikan. Dua kata ini bisa diwujudkan dengan instrumen yang saya paparkan sebelumnya. (Guffe).