Bupati Trenggalek Ingatkan Literatur Sejarah Peringati Hari Lahir Pancasila

TRENGGALEK, NUSANTARAPOS – Bupati Trenggalek Moch. Nur Arifin menjadi Inspektur Upacara peringatan Hari Lahir (Harlah) Pancasila 1 Juni 2023 yang dipusatkan di halaman Pendopo Manggala Praja Nugraha, Kamis (01/06/2023).

Kegiatan upacara berjalan dengan khidmat, lancar, aman dan kondusif, para peserta upacara dengan tertib mengikuti kegiatan upacara. Dalam sambutannya mengingatkan dalam literatur sejarah mulai 29 Mei hingga 1 Juni 1945 dibentuklah suatu badan Persiapan Kemerdekaan atau BPUPKI.

Gus Ipin sapaan akrabnya juga menyampaikan hari ini merupakan momentum penting refleksi, kenapa Pancasila itu harus ada dan Apa maksudnya Pancasila. Perlu di ingatkan kembali dalam literatur sejarah mulai 29 Mei hingga 1 Juni 1945 dibentuklah suatu badan Persiapan Kemerdekaan atau BPUPKI.

“Dokuritsu Junbi Cosakai yang ketika itu diminta oleh pimpinan sidang satu buah pertanyaan apa dasarnya jika Indonesia merdeka,” ucapnya.

Sambung Mas Ipin menambabkan, giliran Pancasila didengungkan untuk pertama kalinya sebelum kemudian disahkan oleh panitia sembilan yang saat ini sebagai bentuk narasinya hadir di dalam Pembukaan undang-undang dasar kita.

Siapa yang mengutarakan pertama kali dialah proklamator kemerdekaan Ir. Soekarno yang kita akrab mengenal beliau dengan sebutan Bung Karno. Maka dari itu pihaknya, mengajak mengingat kembali peristiwa 1 Juni 1945.

“Dalam kesempatan itu Bung Karno menyampaikan paduka tuan dan seluruh yang mengemukakan pendapat tidak satupun yang menjawab pertanyaan dari Paduka Tuan pimpinan,” tuturnya.

Bagi Gus Ipin, satu filosofi dasarnya negara indonesia merdeka tapi sebelum mengulas apa saja dasarnya indonesia merdeka pihaknya ingin menjelaskan dulu apa itu merdeka. Dirinya memyampaikan bahwa hingga di liang kubur pun tidak akan merasakan namanya Indonesia merdeka kalau kita masih mengurusi hal-hal yang ribet.

Kata orang Jawa yang remeh-temeh, mari lihatlah sejarahnya bangsa-bangsa, apakah Ibnu Al Saud, raja Arab Saudi pertama ketika menyatukan suku-suku dan kemudian memproklamirkan adanya Negara Saudi Arabia kerajaan Saudi Arabia Apakah sudah pintar-pintar semua rakyatnya.

“Disebutkan oleh Bung Karno 80% nya adalah suku Baduy yang bahkan tidak tahu bahwa mobil itu perlu bahan bakar,” papar Gus Ipin.

Kemudian Bung Karno juga menyentil berdirinya negara Soviet yang perjalanannya sama. Saat dibentuk ada salah satu suku yang 80% nya tidak bisa baca dan tulis. Menyampaikan cerita ini, Bung Karno kembali menjelaskan kalau kita masih mengurusi yang remeh-temeh, sampai di liang kubur Soekarno tidak akan merasakan yang namanya Indonesia merdeka.

Dari esensi yang disampaikan oleh Bung Karno ini, Bupati Trenggalek mencoba mengingatkan bawasannya kemerdekaan adalah satu jembatan emas yang di ujung jembatan itulah baru kita akan bangun tamansarinya Indonesia merdeka. Masyarakat harus bersyukur jembatan itu telah diperjuangkan dengan darah dan air mata.

“Sedangkan saat ini kita generasi penerus sedang membangun yang namanya tamansari Indonesia merdeka,” terangnya.

Dalam peringatan hari lahir Pancasila, Bupati Trenggalek mengajak warga Trenggalek membangun Kabupaten Trenggalek secara gotong royong dengan tidak memikirkan yang remeh temeh.

Membangun tidak harus menunggu sampai ada anggaran dulu. Untuk membantu orang miskin juga apa harus ada anggarannya? Apa tidak cukup sila kemanusiaan yang adil dan beradab itu untuk menyentuh relung hati kita untuk turun bergotong-royong?

“Maka kalau kita berpendapat setuju dengan apa yang disampaikan oleh Bung Karno, kita mendeklarasikan diri sebagai insan insan Pancasila,” harap Gus Ipin.

Maka menurutnya, kita semua harus pahami sebagai warga negara dan juga bagian dari bangsa Indonesia maka sepatutnya kita bersyukur kita memiliki founding father yang telah memberikan pondasi jenius.

Kalau beliau sudah memperjuangkan yang namanya political independence, maka saat ini yang harus kita perjuangkan political konsistensi konsisten terhadap cita-cita Pancasila itu sendiri tidak hanya menghafalkan sila Pancasila tapi kemudian mengamalkan silakan Pancasila. (ADV)