DAERAH  

Mahasiswa Politeknik Malang Buat Pupuk Organik Dari Bahan Kotoran Kambing

TRENGGALEK, NUSANTARAPOS,- Mengetahui banyaknya limbah kotoran hewan ternak di Desa Surenlor Kecamatan Bendungan Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur.

Tatok Heru Saputro selaku penyuluh pertanian BPP Bendungan yang juga merupakan mahasiswa politeknik pembangunan pertanian Malang berinisiatif memanfaatkan limbah ternak untuk bahan dasar pembuatan pupuk organik Bokashi.

Adapun pembuatan pupuk tersebut, dikemas melalui pelatihan pembuatan pupuk organik bokashi bersama kelompok tani “tani subur” Desa Surenlor, Senin (31/7/2023).

Dijelaskan tatok, saat ini tanah menjadi hal penting dalam budi daya tanaman pertanian. Dimana media tanah harus memiliki unsur hara yang cukup untuk tanaman agar dapat bisa tumbuh dengan ideal.

Pada sektor peternakan sendiri sangat berperan menghasilkam limbah kotoran ternak yang dapat bermanfaat sebagai pupuk  dan diolah menjadi pupuk bokashi yang menyuburkan tanaman.

“Tujuan kegiatan ini adalah mengedukasi petani pada poktan tani subur Desa Surenlor Kecamatan Bendungan,” tutur tatok.

Dijelaskan Tatok, para kelompok tani juga di beri pendidikan tentang cara memanfaatkan limbah ternak kambing dan bahan – bahan di lingkungan sekitar yang dapat dimanfaatkan untuk diolah kembali menjadi pupuk bokashi.

Dalam hal ini, pupuk Bokashi menjadi salah satu fokus karena merupakan pupuk organik yang penggunaannya tidak merusak kesuburan tanah karena ramah dan lingkungan, selain harganya yang terjangkau juga dapat dibuat sendiri oleh petani.

“Seperti halnya limbah kotoran ternak, maupun sisa tanaman juga bisa dijadikan bahan dasar pupuk bokashi,” terangnya.

Karena memenuhi persyaratan yang dibutuhkan, maka akan lebih baik bila kita mempelajari kandungan unsur hara pada setiap bahan yang anda gunakan. Semakin beragam bahan yang di gunakan maka semakin kompleks kandungan nutrisinya.

Selain itu dapat pula memanfaatkan limbah organik industri dan rumah tangga seperti sisa sayuran, nasi basi, ampas kelapa, ampas tahu serta bahan lainnya. Biasaya bahan yang di peroleh terutama dari jenis sisa tanaman masih dalam ukuran panjang atau besar.

“Hal ini akan memperlama proses penguraian mikroorganisme nantinya, sehingga perlu dilakukan penghalusan ukuran yakni dengan cara mencincangnya menjadi ukuran yang kecil-kecil (halus),” ungkap Tatok.

Ditambahkan Tatok, selain itu hal ini juga akan lebih efisiensi tempat, karena lebih mudah dikumpulkan. Setelah melalui kegiatan penyuluhan dengan ceramah dan demontrasi cara pembuatan pupuk bokashi dilakukan evaluasi dan hasilnya ada peningkatan dalam pengetahuan, sikap dan ketrampilan petani.

Setelah adanya pendidikan dalam mengolah limbah ternak menjadi pupuk, selanjutnya di uji coba lapangan dan akan dikenalkan ke para petani. Selanjutnya, dipraktekkan dari bahan yang sudah dihaluskan kemudian dicampur dan diaduk menjadi satu hingga tercampur merata.

“Keberhasilan pembuatan pupuk bokashi yang sudah jadi dapat dilihat dari bentuk adonan menjadi semakin lembut dan menyusut,” ungkapnya.

Diimbuhkan Tatok, bahkan lebih ringan dari sebelumnya, warna berubah menjadi coklat kehitaman dan tidak berbau, kadang tercium berbau khas seperti berbau tape.

Kalau tercium bau busuk maka sangat tidak baik bagi tanaman karena mengandung patogen dan senyawa kimia yang berbahaya. Untuk pembuatan pupuk bokashi dari limbah ternak, waktu yang diperlukan untuk membuat bokashi skala besar dan skala kecil sama saja.

Terutama ada yang membedakannya adalah volume bahan bakunya saja, Pupuk bokashi ini memiliki unsur hara yang makro dan mikro yang lengkap. Pupuk organik bokashi memiliki keunggulan dan manfaat, yaitu meningkatkan populasi, keberagaman, dan aktivitas mikroorganisme yang menguntungkan.

“Bahkan dapat menekan perkembangan patogen N, P, dan K. Selain itu, unsur mikro yang terkandung seperti, Ca, Mg, B, S dan lain-lain, mampu menetralkan pH tanah,” pungkasnya.

Wartawan: Rudi