DAERAH  

Program Pencegahan Berhasil, BNNK Trenggalek Rehab 10 Klien Rawat Jalan di 2023

Kapala BNNK Trenggalek

TRENGGALEK, NUSANTARAPOS,- Badan Narkotika Nasional (BNNK) Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur, menyebut klien rehabilitasi rawat jalan sepanjang tahun 2023 terdapat 10 orang dan 1 kasus tindak pidana.

Banyaknya klien rehabilitasi tersebut tidak lepas dari keberhasilan program sosialisasi dan pencegahan oleh tim. Karena banyak masyarakat yang sadar dan berani membawa putra putri atau saudaranya untuk melakukan rehabilitasi.

AKBP Suharsi selaku Kepala BNNK Trenggalek saat melakukan konferensi pers menyampaikan bahwa adanya peningkatan klien rawat jalan karena sudah terbentuknya lembaga intervensi berbasis masyarakat (IBM).

“Sehingga mereka yang merasa tersentuh narkotika dengan sadar diri mau melaporkan dirinya untuk direhabilitasi,” ungkapnya. Rabu (27/12/2023).

Adapun klien rehabilitasi rawat jalan tahun 2023 ini sebanyak 10 orang. Sementara terkait pemetaan wilayah rawan narkoba, saat ini ada di wilayah kecamatan Watulimo.

Hal itu berdasarkan beberapa kali pertemuan dan olah lapangan lalu menetapkan wilayah itu sebagai wilayah zona merah atau wilayah rawan narkotika.

“Setelah kita melakukan pengamatan dan penyelidikan, wilayah itu selanjutnya dijadikan zona rawan termasuk dengan kasus-kasusnya,” terang Suharsi.

Dipaparkan pula oleh Suharsi dalam program Pencegahan, Pemberantasan, Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika (P4GN) sendiri BNNK sendiri memang fokus pada pencegahan dan rehabilitasi karena banyak masyarakat yang terjerumus dari ketidaktahuan.

Apalagi wilayah jangkauan Tim tidak hanya di Kabupaten Trenggalek namun juga Kabupaten Ponorogo dan Pacitan. Dengan demikian program mulai dari advokasi, kebijakan hingga ikotan terus di galakkan.

“Masyarakat, instansi, swasta dan dunia pendidikan juga menjadi sasaran pembinaan, juga telah dilakukan deteksi dini dengan tes urin secara acak,” paparnya.

Lebih jelasnya diterangkan Suharsi bahwa pada instansi pemerintah dilakukan 8 kegiatan dengan sasaran 224 pegawai, pendidikan dilingkup sekolah sebanyak 87 orang dan pada masyarakat 70 orang telah dilakukan tes urin.

Dari 381 orang target, hasil deteksi dini dinyatakan negatif dan ini menjadi suatu hal positif karena di lingkungan pemerintah, pendidikan dan masyarakat telah aman dari ancaman narkotika.

“Kegiatan sosialisasi di pemdes juga di lakukan, daerah terpencil di 21 desa,” jelasnya.

Ada hal yang sangat dirasa kurang yakni di setiap OPD wajib mendapat edukasi bahaya narkotika. Meski sudah melakukan sosialisasi untuk masyarakat, namun untuk instansi sendiri masih sangat kurang.

Memang ungkap kasus memang minim, di tahun 2023 berhasil satu ungkap kasus dan satu razia adanya sopir truk yang didapati membawa narkotika.

“Kami juga melakukan asesmen dengan mendapatkan layanan proses hukum tetap lanjut dan restorativ justice,” pungkasnya.