Dugaan Bullying Salah Satu Oknum Guru SMA Negeri 1 Pacitan Akhirnya Minta Maaf

PACITAN,NUSANTARAPOS,- Dugaan pembullyian terhadap salah satu siswa dan orang tua murid SMA Negeri 1 Pacitan menjadi polemik karena dugaan bullying tersebut sudah beredar di masyarakat terutama siswa dan orang tua SMA Negeri Pacitan.

Dugaan pembullyingan tersebut berawal dari salah seorang guru SMA Negeri 1 Pacitan yang berbicara di depan siswanya tentang anggaran dana sekolah yang saat ini dipegang oleh bendahara komite dan tidak diturunkan lantaran belum adanya tanda tangan RKAS lama oleh komite yang lama.

Namun pembicaraan yang sempat dikatakan guru tersebut ternyata direkam oleh seseorang sehingga hasil rekaman tersebut tersebar dan banyak yang mengetahuinya.

Lantaran dari hasil rekaman tersebut hingga terdengar oleh siswa dan orang tua siswa yang dibicarakan, karena kebetulan mereka merupakan bendahara komite SMA Negeri 1 Pacitan.

Sugiharto, Ketua Komite SMA Negeri 1 Pacitan, Selasa (27/2/24) mengatakan,”Akibat yang dikatakan oleh salah seorang guru kepada siswa dan sempat menyebar ini tentu membuat kami merasa prihatin karena ini jelas membuat kami sebagai komite merasa malu.”

Sedangkan mengenai penandatanganan RKAS lama yang terbengkelai, pihak komite melalui ketua komite Sugik mengatakan, menutup RKAS lama dengan melakukan mulai dari nol. “Untuk pengurus lama yang belum melakukan tanda tangan kita tutup dan tidak ada hubungannya lagi dengan pengurus lama karena kita. Lakukan pembukuan dari nol,” terangnya.

Sementara itu, mengenai permasalahan salah satu guru SMA yang diduga melakukn bullying, Didik Nurwiyanto, Wakasek Kurikulum SMA Negeri 1 Pacitan mengatakan sudah diselesaikan secara kekeluargaan.

“Kami sudah berdiskusi dengan komite dan juga pihak komite sekolah dan yang bersangkutan juga sudah meminta maaf. Kedua belah pihak sudah menerima,” kata Didik.

Wakil Kepala Sekolah Kurikulum Didik membenarkan kejadian tersebut bermula dari keuangan yang dikelola oleh Komite dan sudah dilaksanakan oleh pihak komite dengan baik, namun karena ketidak tahuan salah satu guru tersebut hingga terjadi polemik. “Pihak komite sudah melakukan dengan benar dan guru yang bersangkutan meminta maaf atas kejadian tersebut,” pungkas Didik.

Penulis: Joko