Yudi Latif: “Nilai Ideologi Pancasila Belum Sepenuhnya Konsisten”

Jakarta,- Hari lahir Pancasila merupakan hal yang sangat bersejarah bagi bangsa Indonesia dalam membentuk karakter diri. Terlebih lagi saat ini, bangsa Indonesia sedang mengalami bermacam-macam polemik yang tentunya sangat berpengaruh terhadap kemanan negara.

Nilai norma yang saat ini mulai pudar pada jiwa generasi muda merupakan tugas bagi bangsa untuk mengembalikan kepudaran tersebut sehingga diharapkan negara akan menjadi kuat.

Hal ini diungkapkan oleh Yudi Latif, mantan Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila ( BPIP) pada Sabtu (1/6/19) di Matraman, Jakarta Timur dalam acara refleksi hari lahir Pancasila. Ia menilai dari segi urgensi ketika kohesi sosisal mulai merenggang kita memerlukan elemen bangsa. Pancasila ini yang menjadikan elemen menyatukan kita.

“Rupanya Pancasila ini sekarang mulai merenggang dan kurang di rawat hanya ada dalam urnamen upacara saja. Namun dalam upacarapun agak lumayan. Pejabatpun jarang menjadi mata pelajaran yang di anggap penting di sekolah-sekolah. Pancasila merupakan sesuatu yang tidak nyaman dikelola,” katanya.

Ia menambahkan, bahwa saat ini negara kita masih beruntung,  negara masih bertahan karena masih ada  deposito nilai yang disemai dari masa lalu. Namun deposito nilai ini mulai habis tanpa reinvestasi.

“1 Juni ini bukan hanya upacara, namun  betul-betul refleksi diri untuk bagaimana membuat Pancasila bener-bener efektif.  Panancasila gak cukup dengan cara retorika ataupun karnavalan jadi tata nilainya kita olah kembali dengan melibatkan komunitas baik pendidikan, agama, ormas dan negara hanya memfalisitasi saja,” terangnya.

Lebih jauh ia menilai bahwa kondisi ekonomi saat ini bahkan jauh dari kesejahteraan umum karena banyak kerusuhan, perdagangan yang devisit.  Oleh karena itu ia memberikan solusi harus bergerak dengan cara memanfaatkan kekayaan alam dan turunan-turunannya.

Sementara, saat ditanya mengenai ideologi yang saat ini dalam kependidikan, Yudi Latif menilai belum konsisten dalam pelaksanaannya karena belum semua perguruan tinggi yang menjalankannya.

“Salah satu tugas pendidikan bukan hanya untuk tahu dan merangkai namun untuk belajar hidup bersama. Tentu saja kita harus melaksanakan dengan konsisten. Pendidikan ke depan ini ada 3 kuncinya dimana satu sisi harus mengajarkan kreativitas, Pendidikan karakter yang kuat, pendidikan yang menyangkut kemampuan untuk berkolaborasi managerial dan tata kelola serta kepemimpinan,” pungkasnya. (JOKO)