Tim PKM UWP Tingkatkan Pendapatan Peternak dengan Pembuatan Pupuk Organik Kompos

Pelatihan Pembuatan Pupuk Kompos di Desa Boteng, Menganti, Gresik

SUABAYA,NUSANTARAPOS,-Pandemi Covid 19 yang berlangsung selama lebih dari satu tahun ini membawa dampak yang luas bagi kehidupan masyarakat khususnya di bidang perekonomian. Masyarakat yang menggantungkan mata pencaharian dari sector informal menderita dampak yang lebih parah dibandingkan yang mereka yang memiliki mata pencaharian tetap. Hampir seluruh elemen masyarakat mengalami dampak penurunan tingkat pendapatan tidak hanya terjadi di perkotaan tetapi juga di perdesaan. Masyarakat pedesaan yang mayoritas memiliki mata pencaharian sebagai petani dan peternak juga mengalami penurunan pendapatan. Akibat adanya kebijakan pemerintah pembatasan social berskala besar (PSBB) misalnya, ini membawa dampak terbatasnya jam operasional pasar. Sehingga hasil pertanian maupun peternakan mengalami penurunan permintaan. Demikian pula dengan peternak kambing atau sapi banyak yang mengeluh turunnya permintaan hewan qurban, selama masa pandemic.

Kondisi ini mendorong TIM PKM UWP untuk turut serta memecahkan masalah perekonomian yang riil dihadapi masyarakat khususnya peternak kambing di Desa Boteng kecamatan menganti, Kabupaten Gresik. Kondisi yang dialami peternak dan sekaligus pedagang kambing di Desa tersebut mengalami penurunan penghasilan. Jika di masa-masa normal sebelum adanya pandemic pendapatan hasil penjualan ternakĀ  dapat diperoleh secara rutin setiap bulan, di masa pandemic ini penjualanya menurun. Jika sebelum pandemic setiap bulan dapat menjual 1-3 kambing, setelah pandemic untuk menjual 1 kambing saja kadang bisa 2-3 bulan baru laku, ujar Siswanto salah satu peternak kambing di desa Boteng.

Kondisi ini direspon oleh salah satu TIM PKM Universitas Wijaya Putra yang diketuai oleh Dr. Sri Juni Woro Astuti, M.Com. Alternatif yang diberikan yaitu mencari sumber pendapatan lain sesuai potensi dan peluang yang ada. Usaha tambahan yang dapat dikembangkan oleh peternak kambing salah satunya adalah usaha pembuatan pupuk organic kompos, ujar Dr. Juni Woro. Kalau dilihat trendnya usaha pupuk di masa pandemic ini justru mengalami peningkatan permintaan, Peningkatan permintaan pupuk ini dikarenakan banyak orang yang karena kejenuhan di masa pendemi akhirnya menyibukkan diri dengan berkebun baik secara individu maupun berkelompok di lingkungan tempat tinggal mereka. Melihat trend tersebut maka tim kami mencoba memberi pelatihan pembuatan pupuk organic dengan memanfaatkan kotoran kambing yang selama ini tidak dipakai, ungkap Dr. Esa Wahyu, salah satu anggota TIM PKM. Semaraknya hobby berkebun ini merupakan peluang bagi usaha pembuatan pupuk. Data menunjukkan permintaan pupuk organik yang dijual Rp15.000 per karung ukuran 25 kilo gram meningkat hingga 200 persen seiring meningkatnya minat warga untuk menanam tanaman hias selama pandemi Covid-19.

Usaha pembuatan pupuk organic dari kotoran hewan ini relatif mudah dikerjakan dan tidak memerlukan modal yang besar, apalagi jika tersedia bahan baku yang memadai. Pengolahan pupuk kendang menjadi sebuah alternatif untuk mengolah limbah kotoran hewan menjadi wujud baru yang dapat dimanfaatkan oleh manusia dan juga lingkungan. Bahan bakunya sederhana saja hanya kotoran kambing yang dihancurkan, dicampur dengan daun-daun hijau maupun kering yang dirajang, dicampur dedak dan dikocor dengan air gula merah yang dicampur dengan EM4 sedikit, penjelasan Heri Susanto, SP,MM. Dalam rangka pemberdayaan peternak kambing juga diberikan bantuan mesin TTG untuk penghancur kotoran kambing dan perajang daun sebagai bahan baku pupuk organic kompos ini. Hasil yang diperoleh jika produksi pupuknya banyak bisa mencapai Rp. 400.000 per bulan, oleh karenanya masyarakat penerima program pemberdayaan ini menyambut dengan antusias.